Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3

Patricia duduk di koridor sambil menatap kata-kata "reaksi kehamilan telah terkonfirmasi" di hasil pemeriksaan dengan linglung. Dia langsung membuat keputusan tanpa ragu-ragu. Dia ingin menggugurkan anak ini. Demi meninggalkan Robert, Patricia diam-diam menabung selama bertahun-tahun. Belum lama ini, dosen pembimbing Patricia menghubunginya. Dia mengatakan jika Patricia memiliki peluang untuk belajar di luar negeri sebagai mahasiswa pertukaran, jadi Patricia segera mendaftarkan dirinya. Jika semua ini berjalan dengan lancar, dia bisa langsung pergi ke luar negeri dan memutuskan hubungan dengan Robert. Hanya saja semua ini terjadi sebelum dia mengandung anak ini. "Patricia!" Patricia menoleh saat mendengar suara yang familiar, orang yang memanggilnya adalah Devi Kantas, temannya sejak kecil. Devi bekerja di departemen bedah rumah sakit, dia langsung datang begitu menerima panggilan dari Patricia. Saat melihat ekspresi Patricia, dia langsung bisa menebak isi pikirannya. "Kamu benar-benar mau gugurkan anak ini?" "Hm." Patricia mengangguk, lalu berkata, "Tolong atur operasi untuk secepatnya." Pada awalnya Devi ingin membujuk Patricia mempertahankan anak ini. Tidak peduli bagaimanapun juga Devia adalah seorang dokter dan tahu betapa sulitnya Patricia hamil dengan kondisinya saat ini. Jika Patricia menggugurkan kandungannya, rahimnya akan rusak parah. Dia kemungkinan besar tidak akan pernah bisa hamil lagi sepanjang hidupnya. Hanya saja saat melihat raut wajah Patricia yang begitu pucat, Devi sama sekali tidak mengatakan hal ini. Pada akhirnya, dia berkata sambil menepuk tangan Patricia, "Nggak masalah, aku juga takut anakmu akan segila Robert." Patricia berkata, "Aku mau minta tolong padamu." "Tolong buat hasil pemeriksaan palsu yang menyatakan kalau aku nggak hamil." Devi menyetujui hal ini, "Nggak masalah, nanti aku akan buatkan untukmu. Besok datanglah ke sini untuk melakukan pemeriksaan sebelum operasi. Jika semuanya berjalan dengan lancar, kami bisa menjadwalkan operasi untukmu minggu ini." Setelah dia selesai bicara, ponsel Patricia langsung berdering. Itu adalah panggilan dari Robert. "Halo?" Pria itu berkata dengan nada dingin, "Ambil kontrak di kantorku, lalu bawa ke Hotel Kunia." Setelah lulus kuliah, Patricia ingin mencari pekerjaan. Tapi Amelia mengatakan jika lebih baik mencari pengalaman di perusahaan sendiri daripada bekerja untuk orang lain di luar, jadi dia mengirim Patricia ke Grup Lusna dan menjadikannya sebagai sekretaris Robert. Hanya saja sejak Fanny kembali, identitasnya menjadi sangat aneh. Patricia segera datang ke hotel. Begitu dia membuka pintu ruang pribadi, bau alkohol dan rokok yang kuat langsung menerpa wajahnya. Perutnya langsung bergejolak, tapi Patricia menahan dirinya, lalu berjalan masuk sambil membawa dokumen itu. Robert duduk di kursi utama. Saat melihat Patricia, dia hanya mengangkat kelopak matanya. "Kenapa lama sekali?" Patricia menjawab dengan sopan. "Jalanan macet." Dia sudah membawakan dokumen ini, tapi Robert tidak berniat menyuruh Patricia pergi atau memintanya duduk. Patricia hanya bisa berdiri di sampingnya. Orang-orang yang berada di dalam ruangan ini adalah orang pintar. Mereka bisa melihat jika Robert sengaja menghina Patricia. Selain itu Keluarga Lusna telah mendapatkan kembali putri kandung mereka, mereka bahkan sampai mengadakan perjamuan untuk menyambut kembalinya Fanny. Hal ini membuat identitas Patricia sebagai putri yang palsu pun terbongkar. "Nona Patricia, kita sudah lama nggak ketemu. Apakah kamu masih ingat aku?" Seseorang mendekati Patricia sambil membawa segelas alkohol. "Dulu aku ketemu kamu di rumah Keluarga Lusna, tapi sekarang .... Nggak peduli bagaimanapun juga Nona Patricia adalah temanku. Ayo, aku akan bersulang denganmu!" Setelah itu, dia menyodorkan gelas yang dipenuhi dengan alkohol ke hadapan Patricia. Patricia tidak bisa menolaknya, jadi dia hanya bisa menatap Robert. Robert sedikit menyipitkan matanya, lalu berkata sambil tersenyum tipis, "Karena dia mau bersulang denganmu, maka minumlah dengannya." Ucapan ini telah menentukan posisi Patricia. Karena Robert sudah berkata seperti ini, siapa yang akan memedulikan Patricia? Mata orang itu berbinar, dia kembali menyodorkan alkohol ke hadapan Patricia. Bibir gelas ini bahkan hampir menyentuh mulutnya. "Hei, kakakmu bahkan sudah bilang seperti itu. Apakah kamu takut mabuk?" Orang itu tersenyum sambil menyentuh tangan Patricia. "Apa yang perlu kamu takutkan? Kalau kamu mabuk, kita bisa pergi ke kamar di lantai atas .... Tenang saja, meskipun kakakmu mengabaikanmu, kami pasti akan merawatmu dengan baik!" Patricia berusaha untuk menghindar, tapi tubuhnya langsung menegang begitu orang itu menahan lengannya. "Maaf, aku benar-benar nggak bisa minum alkohol ...." "Setelah minum dua botol, kamu akan jadi bisa minum alkohol!" Orang itu sama sekali tidak ingin menyerah, dia bahkan ingin menuang alkohol ke dalam mulut Patricia. Patricia melangkah mundur setengah langkah, lalu meraih lengan Robert dengan jari yang gemetar. Pria itu akhirnya berkata. "Sudahlah." Dia berkata dengan datar, "Lupakan saja kalau dia nggak bisa minum." Patricia akhirnya menghela napas lega, lalu menyadari jika punggungnya sudah dibasahi oleh keringat dingin. Setelah acara ini berakhir, Patricia baru berjalan keluar dari hotel. Saat ini mobil Robert sudah diparkir di pinggir jalan. Supir langsung pergi setelah menghentikan mobil. Robert menaiki mobil, lalu menoleh ke arah Patricia yang masih berdiri diam di tempat. "Cepat masuk." Dia berkata dengan suara yang berat, "Apakah aku perlu mempersilakanmu masuk ke dalam?" Begitu Patricia memasuki mobil, pergelangan tangannya langsung ditahan. Kemudian Robert menekannya ke kursi dan menggigit telinganya. "Jangan!" Patricia berteriak dengan terkejut. Pria ini meminum banyak alkohol malam ini, napasnya dipenuhi dengan aroma wiski yang kuat. Jangankan saat ini, meskipun biasanya Robert memiliki pikiran yang jernih, pria itu tidak mungkin menuruti ucapannya. Hanya saja benak Patricia dipenuhi dengan bom waktu di perutnya, darah di tubuhnya bahkan sudah membeku. Saat sedang berusaha untuk meronta, tasnya terjatuh ke bawah. Laporan hasil pemeriksaan hari ini terjatuh dari tasnya. Dia mengulurkan tangan untuk mengambil laporan itu, tapi pria itu bergerak lebih cepat darinya. Patricia mengambil kesempatan ini untuk berkata, "Aku melakukan pemeriksaan hari ini, dokter bilang aku punya kelainan endokrin, jadi aku nggak boleh berhubungan badan untuk sementara waktu." Sebenarnya ini semua adalah tipuan. Laporan yang menyatakan bahwa Patricia tidak boleh berhubungan badan diberikan oleh Devi untuk menipu Robert sebelum operasi aborsi. Lampu jalanan di luar membuat mobil terlihat setengah terang dan gelap. Patricia tidak bisa melihat ekspresi pria ini dengan jelas, telapak tangannya bahkan sudah dibasahi oleh keringat. Dia baru menghela napas lega setelah kekuatan di sekitar tubuhnya mengendur. Patricia segera duduk dengan tegak lalu merapikan pakaiannya yang berantakan dengan jari yang gemetar. Tapi pergelangan tangannya tiba-tiba ditahan oleh pria itu. Pria itu menatapnya dengan tatapan yang dalam. Patricia mengira Robert mengetahui kebohongannya, jadi punggungnya langsung menegang. "Aku ...." Saat dia hendak berkata untuk meyakinkan Robert, pria itu tiba-tiba menariknya ke depan. Hal ini membuat Patricia langsung memasuki pelukannya. Pria itu menunjuk sudut bibirnya, lalu berkata dengan datar, "Aku sudah pernah ajari kamu apa yang harus kamu lakukan kalau memohon padaku."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.