Bab 198
Rasanya seperti berendam dalam larutan garam dengan tubuh terluka, membuatnya jadi sulit bernapas.
Yavin berusaha memasang ekspresi tenang, hanya dia yang tahu apa yang sedang dirinya sendiri rasakan.
Myria tidak menyangka Yavin akan menanyakan pertanyaan itu.
Dia sempat kaget sesaat.
Beberapa detik kemudian, dia mengangguk.
"Hm."
Tapi waktu melahirkan dulu, hanya Naila yang sempat menemaninya sebentar. Sisanya, Myria harus menandatangani semua dokumen prosedur melahirkan di rumah sakit sendirian.
Dia menggendong bayi pertamanya yang terlahir dalam kondisi sudah tidak bernapas.
Malam itu, dia sempat menelepon Yavin.
Pria itu sepertinya sedang berpesta.
Yavin mengangkat telepon dan sempat bicara sebentar.
Tapi seseorang kemudian memanggilnya. Suasana di seberang telepon terdengar begitu ramai.
Myria pun terdiam.
Panggilan telepon juga segera terputus.
Kedua mata Myria berkaca-kaca saat mengingat kejadian waktu itu. Dia menarik napas dan berusaha menahan diri.
Dia balik menatap Yavin. "A

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda