Bab 37
Seluruh tubuhku menegang, napasku terasa akan tercekat.
Tangan Lucio yang kasar menyentuh pinggangku, mengusap dengan perlahan.
"Jangan tegang, rileks saja."
Suara beratnya terdengar tepat di telingaku.
Aku memejamkan mata, pura-pura sudah tertidur.
Pinggangku terasa hangat saat Lucio menarikku ke pelukannya.
Terdengar helaan napas dalam serta berat di telingaku, lalu Lucio berkata dengan suara yang serak. "Pura -pura tidur?"
Aku tetap diam.
Lucio menyibakkan rambut di telingaku, mengecup pelan, tapi akhirnya tidak melakukan apa-apa lagi.
...
Keesokan paginya, aku melihat Lucio duduk di tepi ranjang, membelakangiku sambil mengancingkan kemejanya, tiba-tiba aku mendapat ide.
"Eh ... perutku sakit ...."
Aku tiba-tiba berkata, memalsukan ekspresi kesakitan dan menatapnya tanpa bicara.
"Nanti saat Shella datang, suruh Shella langsung antar aku ke rumah sakit saja ...."
Gerakan tangan Lucio langsung berhenti, berbalik menatapku sambil mengerutkan kening, lalu menyentuh dahiku. "Kenapa menda

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda