Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 7

Raut wajah Carlo langsung berubah masam dan terlihat mengerikan, urat di dahinya bahkan sampai menonjol keluar. Pria itu langsung meraih pergelangan tangan Brianna dengan kuat sampai hampir meremukkan tulangnya. Carlo menyeret Brianna ke dalam kamar dengan kasar, lalu membantingnya ke atas tempat tidur. "Brianna, apakah kamu sebegitunya butuh pria?!" Brianna sudah tidak memiliki tenaga untuk menjelaskan hal ini, rasa putus asa dan kesakitan telah menenggelamkan dirinya. Dia menatap pria itu, lalu tiba-tiba tersenyum dengan sedih. "Kamu boleh cari wanita lain ... kenapa aku nggak boleh cari pria lain?" Carlo terlihat seperti marah besar, dia tiba-tiba membungkuk untuk menekan tubuh Brianna, lalu menggigit bibir Brianna dengan kuat seperti sedang menghukumnya. Aroma darah langsung menyebar di dalam mulut mereka. "Beraninya kamu?!" Brianna, beraninya kamu bertindak seperti ini! Dia tiba-tiba merasakan bau amis di tenggorokannya. Brianna segera mendorong Carlo menjauh, lalu menoleh dan memuntahkan seteguk darah di atas seprai putih. Carlo langsung menghentikan tindakannya. Tatapan Carlo menegang selama beberapa saat ketika melihat genangan darah, tapi segera berubah menjadi dingin dan penuh dengan tatapan mengejek. "Kamu masih saja berpura-pura? Sampai kapan kamu mau terus pura-pura? Brianna, kuberi tahu padamu, kamu masih belum tebus semua dosamu! Aku akan menyiksamu seumur hidupmu sampai kamu mati!" Pria itu mencubit dagu Brianna dengan keras. "Kalau kamu berani cari pria lain, aku akan buat kamu menjalani kehidupan yang lebih buruk daripada kematian!" Setelah berkata seperti ini, Carlo menyeret Brianna keluar dari kamar tidur sampai ke luar vila tanpa ampun. "Karena kamu begitu bersemangat, berdirilah di sini untuk jernihkan pikiranmu!" Saat ini adalah malam di awal musim dingin, anginnya juga sangat dingin sampai menusuk tulang. Apalagi Brianna hanya mengenakan piama yang tipis saat ini. Pada tengah malam, tiba-tiba turun hujan dari langit. Hujan membasahi seluruh tubuh Brianna, dia kedinginan sampai giginya bergemeletuk, kesadarannya juga perlahan-lahan menghilang. Beberapa hari kemudian, Brianna jatuh sakit dan terbaring di tempat tidur dengan lemah. Hanya saja, pria itu sama sekali tidak datang menjenguknya. Pada hari ini, Brianna mendengar suara tangis Firlia dari lantai bawah. "Carlo! Bagaimana ini ... a ... aku sudah bunuh seseorang!" Brianna berusaha untuk berjalan ke tangga, lalu melihat Firlia sedang membenamkan dirinya di dalam pelukan Carlo, seluruh tubuhnya bergetar. Carlo menepuk punggung Firlia untuk menenangkannya. "Jangan takut, katakan dengan perlahan. Apa yang telah terjadi?" Firlia bercerita sambil terisak. Hari ini Firlia pergi ke universitas untuk mengambil ijazah wisuda, lalu seorang pria yang selalu mengganggu Firlia memiliki niat jahat padanya. Saat sedang meronta, Firlia tidak sengaja mendorong pria itu ke dalam danau buatan. Kepala pria itu terbentur batu dan berubah menjadi manusia vegetatif. Sekarang keluarga pria itu telah melaporkan hal ini pada polisi dan meminta polisi untuk menangkapnya. Carlo terdiam selama beberapa saat, lalu berkata, "Jangan takut, aku akan urus hal ini. Kamu bisa pergi buat pernyataan dulu, lalu aku akan jemput kamu beberapa hari kemudian." Firlia menangis dengan keras. "Nggak mau! Aku nggak mau pergi ke tempat yang menakutkan seperti itu! Aku belum pernah pergi ke sana .... Carlo, aku nggak mau pergi ke sana!" Pria itu mengerutkan keningnya. Tatapannya tertuju ke arah Brianna yang sedang berdiri di dekat tangga dengan ekspresi pucat, dia langsung berkata dengan tatapan yang dingin, "Brianna, kamu saja yang pergi." Brianna mendongak, lalu menatapnya dengan tatapan tidak berdaya. "Kamu akan tanggung kesalahan Lia," ujarnya dengan tegas. "Bilang pada polisi kalau kamu yang mendorongnya." "Aku ...." Brianna membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu. "Kamu nggak mau pergi?" Tatapan Carlo menajam. "Kalau begitu aku akan minta orang untuk mengikatmu ke sana!" Jari-jari Brianna sedikit gemetar. Brianna melihat pria di depan yang pernah memanjakannya sebelum ini, malah ingin mengirimnya ke penjara demi wanita lain. Jantung Brianna berdetak dengan cepat dan terasa sangat sakit. Pada akhirnya, Brianna menurunkan tatapannya tanpa mengatakan apa pun. Dia menanggung perbuatan Firlia, lalu dipenjara di dalam kantor polisi. Dia dipenjara selama tiga hari. Penjara ini sangat gelap, lembap dan dingin. Dia bahkan diberi makanan basi, tahanan wanita yang lain juga akan memperlakukannya dengan kasar .... Setiap menit terasa seperti setahun. Brianna meringkuk di atas tempat tidur yang keras, demamnya kembali kambuh. Tapi Brianna menggertakkan giginya tanpa mengatakan apa pun. Pada sore hari ketiga, pintu besi akhirnya terbuka. Brianna berjalan keluar sambil menyeret tubuhnya yang lemah, kepalanya terasa pusing saat melihat cahaya matahari yang menyilaukan. Orang yang menunggu di luar bukan Carlo, melainkan asistennya. Saat melihat wajah Brianna yang pucat, kuyu dan hampir tidak bisa berdiri, terdapat tatapan simpati di mata asisten itu. Tapi dia tetap berkata dengan penuh profesional, "Pak Carlo minta aku untuk menjemputmu." Asisten itu membuka pintu untuk Brianna, dia baru melajukan mobil setelah melihat Brianna masuk ke dalam. Setelah terdiam sejenak, asisten itu kembali berkata, "Beberapa hari yang lalu, Nona Firlia ... didiagnosis menderita gagal jantung, kondisinya sangat kritis. Selama beberapa hari ini, Pak Carlo mengerahkan semua sumber dayanya untuk cari donor jantung yang cocok untuk Nona Firlia di seluruh dunia." Asisten itu berhenti sejenak, lalu menatap Brianna melalui kaca spion. "Pak Carlo minta kamu untuk bersikap dengan tenang setelah kembali dan jangan buat masalah lagi. Dia ... sangat sibuk selama beberapa hari ini."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.