Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Maaf, Tak SeleveMaaf, Tak Seleve
Oleh: Webfic

Bab 17 Mandi di Rumah Kenzo

Di bawahnya ada gambar percakapan yang menginformasikan bahwa kontrak Vienna dibatalkan. Para penggemar langsung marah. [Gila ya? Produk perawatan kulit Grup Yolan juga bukan produk terkenal, mereka bahkan meremehkan Vienna?] [Bukankah produk perawatan kulit Grup Yolan sendiri yang mencari Vienna?] [Katanya ada manajer baru muda di bagian produk perawatan kulit Grup Yolan, jadi Vienna diganti, mungkin karena iri!] [Sial! segitu nggak tahu malunya? Siapa orangnya? Aku akan hujat dia sampai habis!] ... Di bawah arahan akun-akun bayaran, kolom komentar hampir semuanya memaki Ardelia. Namun Ardelia hanya menatap layar dengan ekspresi datar. [Hehe, aku mau lihat siapa yang akan Grup Yolan pilih kali ini. Siapa yang mau kerja sama dengan merek seperti itu?] [Perhatikan baik-baik, selama manajernya nggak suka, dia bisa ganti model sesuka hati. Kontrak nggak ada artinya!] Ardelia menutup ponselnya, bersiap membilas, tapi mendapati airnya mati. Dia mengerutkan kening, menanyakan ke pihak pengelola apartemen dan baru tahu kalau dari lantai tempat tinggalnya ke atas sedang ada pemadaman air selama dua jam. Saat ini, tubuh Ardelia sudah penuh busa, terasa lengket dan wajahnya langsung kesal. Dia membuka daftar kontak, lalu melihat nama Kenzo. Dia tinggal di lantai bawah, berarti masih ada air. Apa harus mandi di rumahnya? Ardelia bimbang. Tapi akhirnya, kebiasaannya yang suka kebersihan menang. Dia pun menelepon Kenzo, "Eh ... air di tempatku mati ...." Dia masih bingung bagaimana memulai pembicaraan, Kenzo tersenyum tipis. "Baik, datang ke sini saja." Ardelia merasa lega, mengenakan pakaian dan turun ke bawah. Begitu pintu diketuk, pintunya langsung terbuka. Pria itu mengenakan setelan rumah berwarna biru tua, membuatnya tampak lebih santai dari biasanya elegan dan dingin. Sepertinya dia juga baru selesai mandi, rambutnya masih agak basah, membuatnya tampak lebih muda dan makin tampan. "Terima kasih," kata Ardelia dengan canggung. "Masuklah," ucap Kenzo dengan senyum tipis di wajah dinginnya dan berjalan ke dalam. Ardelia melangkah masuk dan menemukan apartemen bergaya mewah itu tidak berlebihan, benar-benar cocok dengan kepribadian Kenzo. "Semua perlengkapan ada di dalam." Kenzo membawanya ke pintu kamar mandi. Ardelia melihat sabun dan perlengkapan mandi sudah ada di sana, sehingga berkata, "Terima kasih banyak. Nanti aku akan ...." "Masih dengan mentraktirku makan?" sela Kenzo dengan senyum menggoda. Ardelia terdiam. Kenzo menepuk kepala Ardelia dengan pelan, "Pergilah, nggak perlu buru-buru balas budi." Ardelia menutup pintu kamar mandi. Terdengar suara air mengalir. Kenzo duduk di sofa, laptop terbuka di depannya, jarinya perlahan menekan mouse. Dokumen di layar sudah terbuka beberapa menit, seharusnya sudah selesai dibaca sebelumnya, tapi sekarang hanya membaca satu baris saja. Ujung matanya melirik ke arah kamar mandi. Bayangan samar tubuh gadis itu tampak di balik kaca buram. Mata Kenzo menyipit sedikit, perutnya terasa panas. Dia segera mengalihkan pandangan dan kembali fokus bekerja. Ardelia sedang mandi, seluruh kamar mandi dipenuhi aroma rumput hijau samar, sepertinya bekas yang dipakai Kenzo sebelumnya. Bau ini ternyata sangat enak. Selesai mandi, dia mengeringkan rambut lalu keluar. Pandangannya langsung tertuju pada Kenzo yang sedang menatap pemandangan malam hari di depan jendela besar. "Aku sudah selesai mandi, terima kasih," kata Ardelia. "Hmm. Mau duduk sebentar?" tanya Kenzo sambil menoleh. Ardelia hendak menolak, tapi matanya melihat sebuah piano di sisi ruangan. Seketika matanya berbinar, "Bukankah itu piano edisi terbatas, 'kan? Kamu beli berapa?" "Nggak mahal, empat puluh miliar. Mau coba main?" tanya Kenzo dengan datar. "Ya, boleh?" "Silakan." Ardelia tidak sungkan lagi dan segera berjalan ke arah piano. Kenzo juga ikut melangkah, tapi ponsel Ardelia tiba-tiba berbunyi. Melihat nama di layar, tangannya sedikit gemetar dan kakinya terpeleset. Saat hampir jatuh, Ardelia hendak meraih sesuatu untuk menyeimbangkan diri, tapi tiba-tiba pinggangnya ditarik, masuk ke dalam pelukan yang keras dan kuat.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.