Bab 472
Jika Natasha mengenakan pakaian yang terlihat lebih muda, orang-orang mungkin percaya kalau ada yang bilang usianya baru dua puluh lima tahun.
Dengan adanya teknologi medis yang canggih saat ini, memang benar bahwa perawatan kecantikan sudah berkembang begitu pesat. Ada banyak selebriti berusia empat puluh tahun yang terlihat seperti baru dua puluh tahun. Namun, secanggih apa pun, tanda-tanda penuaan pada manusia tetap tidak bisa dihindari dan usia sebenarnya masih bisa ditebak hanya dengan mata telanjang jika diperhatikan baik-baik. Akan tetapi, tidak dengan wanita di hadapanku ini. Meskipun keseluruhan pembawaannya terkesan matang, baik wajah maupun lehernya terlihat sangat muda. Sulit bagi orang-orang untuk menebak usianya.
"Lima puluh dua tahun?" Ben juga sama terkejutnya dengan kami. Penampilan wanita bernama Natasha ini benar-benar tidak terlihat sudah berumur.
"Teknologi perawatan kecantikan sekarang sudah maju. Semua orang juga bisa seperti ini kalau fisik dan mental mereka terjaga dengan baik." Natasha tersenyum, tetapi tatapannya mendarat ke arahku. "Sanny ... kamu benar-benar nggak mau mengobrol denganku? Kalau dilihat dari sudut pandang biologis, bisa dibilang aku ini ibumu."
Aku melepaskan pegangan tangan Davin dengan tiba-tiba, menatap wanita di depanku dengan tidak percaya.
Ibu? Huh ... dia benar-benar berani mengatakannya.
"Bukannya aku ini subjek eksperimen yang dibuat oleh organisasi yang melakukan eksperimen modifikasi gen? Ibu, hm? Memangnya aku punya ibu?" Aku terkekeh sinis, lalu melirik ke arah istri Aldi. "Bukannya aku dilahirkan dari rahimnya setelah sepuluh bulan dalam kandungan?"
"Bu Maria dan Pak Aldi mandul, nggak punya sel sperma dan sel telur. Bayi tabung yang dipilih diambil dari sel telur milikku dan ... sperma pria lain yang punya genetik unggul."
Rupanya Natasha tidak berusaha menutupi apa pun. Dia bahkan berani membeberkan hal sensitif seperti ini di hadapan polisi.
Jelas sekali, setelah Yeno meninggal, organisasi memutuskan untuk mengawasi hidupku melalui orang ini.
"Lalu? Apa hubungannya denganku?" tanyaku pada Natasha dengan sinis.
Natasha hanya tersenyum menanggapi sikapku yang tidak ramah. "Sanny, kamu dan Shani ... kalian berdua adalah anakku."
"Ck." Aku tertawa dingin. "Kami cuma subjek eksperimen kalian, 'kan? Kamu orang yang memimpin organisasi eksperimen modifikasi gen itu, hm? Kenapa? Kenapa nggak sembunyi lagi? Malah langsung muncul sendiri."
Satu pertanyaan tiba-tiba muncul di benakku. Aku penasaran, siapa ayah biologisku?
Organisasi pasti akan memilih individu berkualitas sebagai kandidat untuk mewarisi gen unggul. Natasha adalah psikiater, pasti bibitnya sangat luar biasa. Sel telurnya ... harus dipadukan dengan sperma pria unggul juga untuk menciptakan embrio percobaan seperti 'Shani Kusuma' sebelum embrio tersebut melalui eksperimen modifikasi gen dan dikembangkan oleh tangan manusia. Kemudian, kloning dari embrio itu akan menghasilkan beberapa subjek percobaan.
Salah satu hasil dari percobaan itu adalah Shani dan Sanny. Dari situlah kami berasal.
"Sanny, kamu ini bicara apa? Aku nggak mengerti," tanya Natasha sambil tetap mempertahankan senyum di wajahnya.
"Nggak mengerti, ya? Padahal orang-orangmu memata-matai aku setiap hari sampai mau memasang kamera di dahiku. Apanya yang nggak mengerti?" balasku, masih dengan tatapan waspada.
Padahal sudah kuprovokasi seperti itu, tetapi orang ini tetap tenang. Benar-benar tipe wanita yang sangat pandai mengendalikan emosi lawan dan menemukan celah dalam perkataan mereka untuk menyerang lebih kuat. "Sanny, kamu sudah sampai tahap paranoid parah. Biar bagaimanapun, Bu Maria adalah ibumu. Ibu yang melahirkanmu dengan susah-payah. Beliau ingin yang terbaik untukmu, Shani. Kamu harus ikut dengan kami supaya bisa diobati."
Dia mulai menuduhku dengan berbagai alasan, perlahan-lahan membuatku menjadi orang dengan gangguan mental demi membawaku pergi dari sini.
Kalau firasatku benar, organisasi mereka mendapat pukulan telak kali ini. Qiara sudah mengungkap tabir mereka dan membuka akses menuju organisasi ini. Sekarang, mereka ingin segera menutup semua tabir dan akses yang terbuka itu.
Untuk melakukan itu, aku adalah subjek yang harus mereka bawa kembali.
Mereka harus menarik kembali subjek eksperimen sepertiku dari tengah-tengah masyarakat.
Kemunculan seorang psikiater seperti Natasha sangat diperlukan demi membawaku kembali dengan cara yang terlihat wajar.
Bagaimanapun, kepolisian sudah menempatkanku di bawah pengawasan mereka. Satu-satunya cara untuk membawaku pergi adalah dengan cara yang 'masuk akal' supaya polisi tidak curiga.
"Sanny, kamu punya saudari perempuan yang usianya sebaya denganmu. Kamu nggak mau bertemu dia? Empat tahun yang lalu, waktu Joko dan orang tua Shani mengalami kecelakaan di jalan tol, putriku juga ikut di mobil Joko. Dia dan Shani adalah kembar identik dari satu embrio. Wajah mereka hampir sama persis. Dia mengalami amnesia sejak bangun, tapi baru-baru ini ingatannya kembali dan dia bilang namanya adalah Shani Kusuma ... "
Setelah Shani, yaitu aku, bangun, aku juga mengalami amnesia. Rasanya seperti benar-benar berubah menjadi orang lain.
"Aku curiga. Jangan-jangan di lokasi kecelakaan waktu itu Arya dari keluarga Japardi membawa orang yang salah. Dia malah membawa putriku, sedangkan Shani yang asli malah diantarkan kembali padaku."
Aku menatap Natasha dengan seluruh tubuh menegang. Jari-jariku gemetar dan tidak bisa kutahan.
Meskipun aku sadar Natasha sengaja memprovokasiku dan tahu kata-katanya itu penuh celah, tetapi aku tidak bisa membalas dan tubuhku tidak bisa berhenti gemetar.
Masalahnya, ucapan Natasha bukan hanya ditujukan padaku, tetapi juga pada Davin.
"Davin, kamu nggak mau bertemu Shani yang asli?" Sudah kuduga, Natasha langsung mengarahkan pelatuknya pada Davin.