Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Misteri KematiankuMisteri Kematianku
Oleh: Webfic

Bab 477

Saat masuk ke mobil bersiap menuju perjalanan pulang, Davin dan 'Shani' duduk di belakang. Tadinya aku juga ingin ikut naik mobil, tetapi ternyata sudah tidak ada tempat untukku. Sepertinya 'Shani' sangat menolak keberadaanku. Auranya sangat suram saat melirik Yoga sejenak dan mengangkat dagu dengan angkuhnya. Tanpa berkata apa-apa, dia menyuruh Yoga untuk menutup pintu mobil. Yoga hampir secara refleks menutup pintu menuruti keinginan 'Shani', kemudian tertegun sendiri dengan apa yang baru saja dirinya lakukan. Aku tidak berkomentar apa-apa, hanya berdiri mematung di tempat. "Biar sopirku yang akan mengantarmu pulang," tawar Natasha saat melangkah keluar mengantar kami. Yoga lalu menoleh ke arahku. "Biar kutemani." Setelah Yoga keluar, Yesa masuk ke kursi penumpang di samping Ben. Aku terus memperhatikan Davin. Dia sama sekali tidak menoleh ke arahku. Suamiku dan 'Shani' duduk berdampingan. Aku sendiri terkejut melihat betapa serasinya mereka. Yang mana sebenarnya Shani Kusuma yang asli? "Bagaimana menurutmu? Si Shani itu." Begitu naik ke mobil Natasha, Yoga langsung bertanya padaku. "Untuk sekarang ini ... aku juga nggak yakin yang mana Shani yang asli." Aku menggeleng, lalu melirik ke arah sopir dari kaca spion. Yoga juga tidak bertanya lebih jauh. Tidak aman membicarakan hal sensitif di mobil orang lain. "Tetapi Davin kelihatan yakin sekali kalau orang itu adalah Shani. Natasha tahu betul Davin itu seperti apa. Sepertinya dia sudah tahu sejak awal kalau Davin akan kehilangan akal sehatnya dan langsung memilih Shani begitu saja," kataku pelan sambil menggerak-gerakannya jari di atas pahaku sendiri. Yoga melirik ke bawah, ke arah jari-jariku yang bergerak tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ketika sopir Natasha mengantarku dan Yoga ke depan gerbang vila Davin, mobil Ben sudah sampai lebih dahulu. Aku melihat Davin turun dari mobil, lalu Shani dengan santai mengulurkan tangan, meminta Davin untuk memeganginya saat turun. Davin pun mengerti, kemudian langsung meraih tangan Shani untuk membantunya turun dari mobil. Dari taman vila, gonggongan Xixi terdengar gelisah. Namun, seketika gonggongannya berhenti begitu melihat 'Shani'. Anjing itu seolah sempat terkejut, lalu kembali duduk di tanah. Sepasang mata lucunya itu memandangi Shani dengan penuh harap, lalu beralih ke arahku yang sedang turun dari mobil. "Ini … Zorro-ku?" tanya 'Shani' pada Davin. Namun, Davin tidak menjawab. "Anak Zorro atau kloning?" tanya 'Shani' sekali lagi. "Kloning," jawab Davin. Shani' sama sekali tidak terkejut, mungkin dia sudah tahu kalau pria seperti Davin akan melakukan hal seperti ini. Masalahnya, yang terkejut adalah aku. Apakah … Xixi adalah anjing kloning? "Kamu yakin mau membiarkan dia tinggal seatap denganku di sini?" Shani tiba-tiba mendesak Davin, meminta pria itu untuk membuat keputusan. Davin menoleh, menatapku dengan sorot mata dalam yang begitu sulit diartikan. "Maaf, aku punya rumah di Distrik Barat. Kamu bisa tinggal di sana dulu. Aku butuh waktu untuk mengakhiri pernikahan kita." Davin memutuskan untuk menceraikan aku. Tubuhku mendadak kaku. Kedua kakiku terpaku di tanah dan jemariku saling menggenggam erat satu sama lain. "Nggak perlu. Kita bisa urus surat cerai sekarang juga," tanggapku dengan suara tercekat. "Nggak ada waktu kalau hari ini," jawab Davin sambil menoleh melihat Shani di sisinya. Jawaban itu membuatku hanya bisa menyunggingkan satu senyuman sinis. "Ya sudah, kutunggu." Aku segera berbalik. Tidak akan kubiarkan setetes air mata pun jatuh di tempat ini. Sementara itu, sopir Natasha terus memperhatikan segala yang terjadi di luar sini dari dalam mobil. Aku mendorong Yoga, lalu masuk sendirian ke mobil sopir. "Maaf, Pak. Tolong antar aku ke Hotel Lacroxe." Sopir itu dengan sigap mengangguk dan mobil pun melaju. Sepanjang perjalanan, aku terus diam tanpa kata. Pandanganku terus tertuju pada bayangan Davin di kaca spion. Pria itu semakin menjauh, semakin jauh di belakang. Saat akhirnya sosoknya sudah menghilang dari pandanganku, saat itulah air mataku sudah tidak bisa terbendung lagi. "Nona, sudah sampai." Setelah menempuh beberapa menit perjalanan, sopir memecah keheningan di mobil, mengingatkanku segera setelah mobil yang kami naiki berhenti di depan Hotel Lacroxe. Lamunanku seketika buyar. Setelah buru-buru mengusap air mata, aku pun bergegas turun dari mobil. Sopir itu melirikku sebentar, sebelum akhirnya kembali mengemudikan mobil. Mobil Natasha mulai menghilang dari pandanganku, aku pun berbalik dan menghapus air mata yang tersisa sambil berjalan masuk ke hotel. Meskipun sudah dihapus, mataku masih sembap dan kesedihan yang tercetak di wajahku tidak bisa disembunyikan. Menyadari keadaanku yang sedang tidak baik-baik saja ini, resepsionis hotel memilihkan kamar untukku dengan tampang simpati. Kakiku melangkah menuju lift dan tanganku menggenggam erat-erat kartu kamar. Dadaku sesak menahan tangis. Davin ... terlihat begitu serasi berdampingan dengan Shani. Begitu masuk ke kamar, aku langsung melemparkan diriku dan duduk di sofa. Untuk meredakan kekacauan dan kekalutan, akhirnya aku meminta resepsionis untuk mengantarkan sebotol anggur merah ke kamar dan menenggak habis seluruh isinya seorang diri. Berkat itu, kini seluruh tubuhku terasa melayang. Segalanya mulai kabur dan aku mulai bertingkah selayaknya orang mabuk yang sudah kehilangan akal sehat. Tanganku seolah bergerak sendiri, mencari-cari nomor Davin. "Semua ini cuma karena ... cuma karena dia lebih mirip Shani dibandingkan aku?" Pertanyaan yang memberatkan hatiku meluncur begitu saja dari mulutku, diiringi isakan yang gagal kutahan. Davin mengangkat telepon dariku, tetapi dia bahkan sama sekali tidak berusaha memberikan penjelasan dan hanya diam. Air mataku mengalir seiring aku bertanya apa alasannya percaya pada wanita itu? Nihil. Davin masih tidak berkata apa-apa. Sejujurnya, aku mengerti. Di hadapan kenyataan, reinkarnasi tidak lebih dari sekadar teori. Saat Shani Kusuma yang utuh dan nyata muncul, siapa juga yang mau memilih produk teori reinkarnasi seperti aku ini?

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.