Bab 479
"Hah!" Natasha terkekeh. "Kukira kamu mau mulai dari rahasia kelahiranmu. Ternyata kamu lebih penasaran rahasia di balik kematian orang tuamu dan Joko, ya?"
Natasha menatapku dengan sorot mata yang sarat akan ketertarikan, kemudian perlahan mendekat, menghapus jarak di antara kami. "Orang tua yang kamu maksud di sini orang tua Shani Kusuma?"
Aku mengernyit, tetapi tidak berkomentar apa-apa.
"Kamu pikir dirimu itu Shani?" Natasha memegang daguku dengan, lalu memutar kepalaku ke kiri dan kanan sambil mengamati wajahku. "Kalau dugaanku benar, organisasi akan melakukan segala cara untuk membuktikan kamu benar-benar reinkarnasi dari Shani. Orang-orang gila itu sangat menggebu demi bisa membuktikan teori mereka kalau jiwa benar-benar bisa bereinkarnasi."
Natasha tiba-tiba menyeringai. "Setelah punya uang dan kekuasaan, manusia semakin serakah. Keinginan manusia yang paling menggelikan adalah keinginan untuk hidup abadi. Banyak konglomerat yang rela menginvestasikan banyak uang, serta mempelajari ilmu kedokteran dan teknologi tercanggih saat ini untuk memenuhi keinginan konyol itu. Mereka bahkan nggak ragu mengonsumsi obat-obatan mahal bahkan meneliti metode yang nggak manusiawi demi bisa memperpanjang usia mereka. Itu semua cuma karena mereka kaya."
"Sayang sekali, hukum alam nggak bisa dilanggar dan nggak akan pernah memihak pada manusia ... " bisik Natasha dengan nada serius. "Saat ajalnya tiba, nggak ada satu pun dari mereka yang bisa menghindari kematian. Ada banyak orang kaya yang frustrasi sebelum mati karena mereka nggak bisa menemukan rahasia keabadian sebelum ajal menjemput."
Aku mengernyit, memikirkan setiap kata yang terlontar dari mulutnya tanpa berniat menyela.
"Dan keberadaanmu membuat para konglomerat gila itu tertarik. Sekarang, kamu adalah salah satu subjek eksperimen yang paling berharga di antara semua yang pernah ada," kata Natasha. Kemudian, dia tersenyum, lalu melanjutkan, "Sebagai subjek eksperimen, kalian semua adalah barang dagangan yang berharga bagi organisasi. Organisasi akan memamerkan kalian untuk diamati para orang kaya dan untuk menarik investor. Kemudian, orang-orang ini akan memberi tahu keresahan dan keinginan mereka pada organisasi. Akhirnya, organisasi memilih kalian ... untuk dijadikan subjek eksperimen."
Misalnya kloning, transplantasi organ, darah tali pusat bayi baru lahir untuk kepentingan medis ... dan sebagainya.
"Beberapa tahun terakhir ini, perkembangan medis benar-benar terbatas serta harapan hidup manusia rata-rata juga dibatasi oleh faktor genetik, lingkungan, dan faktor luar lainnya. Ini adalah bencana bagi para konglomerat karena rata-rata usia para keturunan mereka hanya mencapai sekitar sembilan puluh hingga seratus tahun. Eksperimen modifikasi gen memang proyek sukses yang membanggakan, tetapi eksperimen ini hanya bermanfaat bagi generasi muda mendatang. Nggak sejalan dengan orang-orang kaya yang serakah ini. Mereka terlalu mementingkan diri sendiri."
Natasha mengajakku masuk ke vila dan memberitahuku bahwa orang-orang kaya itu tidak lagi mau menginvestasikan uang mereka ke organisasi karena modifikasi gen sudah bisa dibilang berhasil. Justru karena itulah, jadi tidak ada lagi inovasi terbaru yang menarik bagi mereka. Tentu saja, mereka sudah tidak sudi mengeluarkan uang lebih banyak.
"Dan Shani Kusuma ... memberi kami kejutan besar." Sambil terus mengungkap rahasia yang kuinginkan, Natasha menaruh data 'Shani' di atas meja. "Shani meninggal. Subjek eksperimen yang selalu kami awasi sejak lahir dibunuh di depan mata kami. Jasadnya bahkan ditempatkan di dalam lemari kaca. Jelas sekali, ini adalah tantangan terang-terangan terhadap organisasi dari para pemberontak."
Natasha tersenyum dan tanpa ragu mulai membeberkan semuanya. "Bukan cuma itu, yang membuat semua orang terkejut adalah ... 'Shani' ternyata telah bereinkarnasi, terlahir kembali dalam tubuh seseorang bernama Sanny Wibowo."
Topik ini seketika memicu gelombang besar, memantik semangat dan keingintahuan para pewaris organisasi.
Orang-orang kaya itu sudah tua, tetapi tidak siap mati.
Mereka semua penasaran, ingin tahu cara mendapatkan kesempatan untuk reinkarnasi. Dengan kata lain, cara mendapatkan keabadian.
"Sejak zaman dulu mulai dari munculnya kaisar pertama, ketika manusia memiliki kekuasaan dan uang, keinginan akan keabadian menjadi semakin gila." Natasha bersandar di sofa sambil terus membeberkan semuanya padaku. "Tiga tahun yang lalu, Vincent bergabung dengan organisasi melalui koneksi keluarga Isman dan mengemukakan teori tentang reinkarnasi jiwa dan transfer memori. Pada awalnya, teorinya nggak banyak mendapat perhatian para investor."
Natasha mulai bercerita tentang bergabungnya Vincent Isman ke dalam organisasi, tidak berniat terburu-buru membeberkan tentang rahasia di balik kematian Joko Isman dan orang tuaku.
"Orang-orang kaya itu bukan orang bodoh. Tentu saja, semua teori itu nggak lebih dari sekadar dongeng anak-anak di telinga mereka." Natasha mengeluarkan beberapa foto lagi. Kali ini, orang yang berada di foto tersebut adalah Yoga, mulai sejak Yoga masih kecil hingga foto Yoga mengenakan seragam SMA.
Reaksiku berubah. Kewaspadaan kini terpancar dari sorot mataku yang sedang menatap Natasha tajam. Apa organisasi terus mengawasi Yoga dari dulu?