Bab 481
Natasha mengamatiku sebelum akhirnya terkekeh. "Organisasi ini merupakan jaringan yang sangat luas. Tiap negara punya pemimpin masing-masing yang ditunjuk untuk mengelola berbagai proyek dan penelitian."
"Orang ini menempati posisi tertinggi dalam hierarki kekuasaan. Nggak ada yang tahu. Bisa jadi aku, bisa jadi juga kamu. Yang jelas, cuma orang-orang yang memenuhi persyaratan khusus yang bisa berinteraksi langsung dengannya. Di seluruh Kota Hairo ini, cuma segelintir orang yang beruntung pernah melihat sosoknya secara langsung, salah satunya Joko Isman yang merupakan pemimpin dari konglomerat terbesar di Kota Hairo. Dia tahu seperti apa sosok orang itu. Sayang sekali, Joko sudah meninggal."
Maksud perkataan Natasha sangatlah gamblang. Artinya, dari semua orang di seluruh Kota Hairo ini, hanya Joko Isman yang pernah melihat bagaimana sosok pemimpin organisasi tersebut. Sayangnya, Joko sudah meninggal.
Selain Joko, tidak ada orang lain lagi yang memiliki kualifikasi untuk menemui pemimpin tersebut.
"Level kriteria apa yang harus dicapai untuk dapat berinteraksi dan melakukan negosiasi secara langsung dengannya?" Aku bertanya dengan penasaran.
"Caranya, kamu harus selevel dengan para kapitalis itu. Akan lebih baik kalau kamu menjadi kekuatan terbesar di lingkaran bisnis Kota Hairo. Kamu bisa menjadi eksistensi orang yang mampu menggemparkan dunia bisnis, maka kamu bisa menjadi orang yang mengendalikan kekuatan dengan mudah. Ketika kamu mampu mencapai posisi ini, dia akan mencarimu lebih dulu." Natasha berbicara sembari menyandarkan tubuhnya di sofa. Senyumnya kembali merekah ketika kembali berbicara. "Ada yang curiga kalau orang yang mengendalikan organisasi tersebut adalah konglomerat terbesar di Kota Hairo sendiri, yakni CEO misterius dari Perusahaan Zendrato. Belum bisa diketahui pasti apa dia orang yang mengendalikan organisasi atau bukan. Bisa jadi dia cuma orang yang kemungkinan besar pernah bertemu langsung dengan pemimpin organisasi ... "
Memang, aku pernah mendengar bahwa konglomerat cenderung tidak akan mau menyerahkan kekayaan dan kekuasaan ke tangan orang lain, apalagi kepada orang yang sulit mereka atur sesuka hati. Oleh karena itu, tidak aneh kalau orang-orang di organisasi tersebut juga berasal dari lingkaran bisnis yang setara.
Aku dan Davin sudah memiliki spekulasi mengenai sejumlah orang yang tergabung ke dalam organisasi. Hanya saja, kami tidak memiliki bukti yang kuat untuk mengonfirmasi spekulasi kami.
Dengan perkiraan ini, tidak heran pemimpin organisasi itu sangat tertutup dan tersembunyi.
Perkataan Natasha masuk akal. Orangnya bisa saja aku atau bisa saja dia. Bahkan seseorang yang tidak mencolok di sekitar juga memiliki kemungkinan.
"Untuk menyingkap apa yang ada di balik kegelapan, kamu harus bisa berbaur dengan kegelapan itu sendiri. Hanya saja, sudah nggak ada peluang bagimu, Sanny." Natasha berkata sambil tersenyum. Ketika dia menyelesaikan perkataannya, aku merasakan seseorang menyuntikkan jarum suntik ke punggungku.
Cairan obat mengalir ke dalam tubuhku hingga kesadaranku pun perlahan-lahan mulai memudar.
Aku sadar ... sadar bahwa mereka berniat memindahkanku ke tempat lain.
Para konglomerat yang berada di organisasi ini rupanya sudah tidak bisa menunggu lagi. Mereka ingin memastikan tentang kebenaran reinkarnasiku sekarang juga.
Dengan ikut bersama mereka, perlahan-lahan aku akan punya peluang untuk menguak misteri yang tersembunyi di organisasi tersebut.
"Geledah dia secara menyeluruh. Pastikan nggak ada sehelai rambut pun yang terlewat. Lepas juga semua perhiasan dari tubuhnya." Natasha memberikan instruksi dengan tegas kepada sang sopir untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap tubuhku. Sepertinya dia curiga aku menyembunyikan alat pelacak di tubuhku.
"Aku yang harus menggeledahnya?" Sopir itu tampak ragu. "Tapi dia wanita … "
"Dia nggak lebih dari subjek eksperimen. Anggap saja dia kelinci percobaan dalam penelitian di laboratorium. Nggak usah memusingkan hal-hal sepele." Natasha berkata dengan nada meremehkan. Bahkan, suaranya sarat dengan cibiran.
Wanita ini memperlakukanku seolah-olah aku bukan manusia.
Dia menganggapku sebagai hasil kloning dari pinjaman gennya, sebuah entitas yang tidak memiliki hak untuk hidup. Baginya, eksistensiku adalah sebuah anomali yang kotor.
"Sebaiknya Wanda saja yang memeriksa ... " Sopir tersebut sudah menginjak usia setengah baya. Mungkin, karena dia juga seorang ayah dari seorang anak perempuan, hati nuraninya tidak ingin dia melakukan tindakan semacam ini. Oleh karena itu, dia memanggil gadis muda yang tinggal di vila ini untuk memeriksa seluruh tubuhku.
Natasha hanya mendengus sebelum beranjak pergi dari ruang tamu.
Saat ini, aku terkulai lemah di sofa. Tubuhku terasa berat dan tidak bisa bergerak dengan bebas. Namun, aku tetap dapat mempertahankan kesadaranku.
Kali ini, aku sengaja berinisiatif untuk menyelinap ke dalam organisasi. Aku tidak tega jika terus membiarkan Davin menghadapi semua risiko sendirian.
Meskipun terjun langsung ke dalam situasi ini, aku masih mampu menyelesaikan masalah ini tanpa bergantung pada orang lain.
Davin menyetujui rencana sembronoku ini. Dia sangat sadar dengan seberapa pentingnya diriku saat ini bagi organisasi. Justru keselamatanku lebih terjamin kalau diriku berakhir dalam kendali mereka. Paling tidak, nyawaku tidak akan dalam bahaya.
"Nyonya, nggak ada benda mencurigakan apa pun di tubuhnya."
Begitu gadis muda itu memberi tahu, seseorang langsung masuk untuk memindahkanku ke tempat lain.
Aku tidak mengetahui seberapa lama waktu telah berlalu atau seberapa jauh kami telah berjalan. Ketika akhirnya aku tersadar kembali, aku mendapati semua di sekitarku tampak kosong.
"Di mana ini … " Kepalaku terasa sangat sakit. Saat aku membuka mata, aku mendapati diriku memakai baju pasien yang longgar dan bertelanjang kaki. Malah sepertinya aku juga tidak memakai apa-apa lagi di dalam pakaian ini.
Aku mengamati sekeliling ruangan dengan kening berkerut. Ada meja operasi dan tempatnya sangat higienis.
Ruangan ini sangat mirip dengan ruang operasi di rumah sakit.
Situasi saat ini mengingatkanku pada permainan maut di reruntuhan bangunan. Rasanya persis seperti ketika kami pertama kali terbangun di sana.
Ternyata, para pemberontak itu merancang desain pertama dalam permainan maut dengan menduplikasi laboratorium organisasi yang mengendalikan subjek eksperimen?
Tatapanku tertuju pada sebuah cermin yang terpasang di salah satu dinding ruangan. Seketika ekspresiku berubah muram. Ini bukanlah cermin, melainkan kaca. Ini berarti orang lain dapat mengawasiku dari sisi lain, tetapi aku tidak dapat melihat mereka.
Aku bangkit dan turun dari ranjang. Dengan langkah pasti, aku beranjak menghampiri arah kaca tersebut. Aku mencoba melihat menembus kaca ini, tetapi sia-sia. Sama sekali tidak ada yang terlihat dari dalam sini.
Ruangan kosong ini begitu luas, tetapi sama sekali tidak ada orang di sekitar atau pun jejak sebagai petunjuk. Aku tidak yakin apa rencana orang-orang organisasi ini dengan mengurungku di sini.
Mau mengujiku? Atau mengamatiku? Aku menghela napas. Apa mungkin mereka berniat menguji dan mengamatiku dari luar untuk membuktikan apakah aku memang Shani yang asli?
Baiklah, sekalian saja kupenuhi keinginan mereka. Aku pun berbalik menghadap pintu. Setelah mencapai depan pintu, aku langsung mengayunkan tiang penyangga infus hingga menghantam saklar listrik di atas. Seketika terjadi kegelapan total di ruangan ini. Akibat listriknya padam, pintunya pun menjadi terbuka secara otomatis.
Aku melangkah keluar ke koridor yang kosong dan sunyi senyap. Tiba-tiba, muncul seekor anjing yang menerjang ke arahku dengan kencang.
"Zorro ... "