Bab 492
Kesadaranku perlahan memudar dan aku pun jatuh pingsan.
Aku tahu Natasha ingin melampiaskan kemarahannya padaku. Sebelum pimpinan sindikat menghukum Natasha, dia mungkin juga ingin menimpakan kesalahan padaku.
Benar saja, ketika siuman, aku sudah terbaring di ruang operasi.
Dia mencabut gigi gerahamku tanpa memberiku obat bius.
Rasa nyeri dan anyir darah menyebar di mulutku. Aku mengepalkan kedua tanganku dan memukul-mukul permukaan tempat tidur.
"Sakit, ya?" tanya Natasha sambil menunjukkan gigi gerahamku dengan pinset. "Sanny, demi membocorkan lokasi laboratorium, kamu memasang alat pelacak di gigimu. Aku sudah bilang, kamu cuma akan membawa masalah. Reinkarnasimu itu bohong. Kamu cuma mau menarik perhatian sindikat agar kamu dibawa kemari!"
Aku tertegun, menatap gigi yang ditunjukkan Natasha.
Mengapa ada alat pelacak di situ?
Setelah reinkarnasi, aku tidak melakukan hal yang aneh dengan gigiku.
Bisa jadi, Sanny yang menanamkan alat pelacak di sana sebelum aku bereinkarnasi.
Tiba-tiba saja tubuhku merinding.
Sanny adalah anggota kelompok pemberontak?
"Aku sudah bilang berkali-kali, nggak ada teknologi reinkarnasi roh di dunia ini. Tapi, sindikat tetap ingin membawamu kemari. Mereka pikir kamu bisa memberikan keuntungan bagi sindikat." Natasha membanting gigi gerahamku dan mencengkeram leherku. "Kamu bukan reinkarnasi Shani, kamu adalah Sanny. Kamu berhasil membohongi dirimu sendiri, makanya kami pun sampai tertipu."
Natasha mendadak tersenyum seolah-olah mengingat sesuatu. Matanya yang dingin menatap tentara bayaran di sebelahnya. "Apa kalian sudah menemukan dia?"
"Putri Yeno sudah ditangkap," jawab tentara bayaran itu.
Liora? Mereka menangkap Liora?
Aku berontak dan memiringkan kepala untuk meludahkan darah sebelum akhirnya bisa berbicara. "Kalian mau apa? Aku nggak tahu maksud kalian!"
"Nanti juga kamu bakal tahu." Natasha menarik rambutku dan mengisyaratkan orang di sebelahnya untuk menyeretku ke ruang interogasi.
Sebelum dihukum oleh atasannya, Natasha berniat menemukan kebenaran.
Tiba-tiba saja aku merasa panik saat mengikuti Natasha ke ruang interogasi.
Di ruang interogasi, Liora diikat di kursi dan berteriak sambil menangis.
Mereka mungkin telah memberi Liora obat.
"Ayahku ... kenal dengan Sanny ... "
Liora mengungkapkan bahwa Yeno dan Sanny saling mengenal.
Benar saja, Sanny tidak sesederhana itu.
Dia dan Yeno bekerja sama.
"Setelah kematian Shani, Ayah menyuruh Sanny untuk menyamar menjadi Shani. Tujuannya untuk menarik perhatian sindikat dan konglomerat. Sindikat pasti akan menjadikan Sanny subjek eksperimen dan dengan begitu ... lokasi laboratorium akan terungkap."
"Ayah ... adalah anggota kelompok pemberontak. Dia ikut merancang pembunuhan berantai ... "
Liora menggeleng menahan sakit sambil mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.
Ternyata Yeno adalah salah satu orang di belakang permainan maut itu.
Yuna hanyalah pion saja.
Yeno benar-benar ingin menghancurkan sindikat.
"Hari ini aku dapat kabar dari rumah sakit kalau Yeno sudah mati," ujar Natasha dengan acuh tak acuh sambil kembali menarik rambutku. "Harus aku akui, Yeno memang sangat cerdas. Dia bisa menyembunyikan fakta kalau dirinya adalah salah satu pimpinan kelompok pemberontak."
Siapa yang menyangka bahwa ahli psikiatri yang dipercaya oleh sindikat ternyata adalah salah satu pemimpin kelompok pemberontak?
"Polisi Kota Hairo sudah menemukan bukti di ruang bawah tanah rumah sakit jiwa. Mereka menyimpulkan kalau Yeno yang merencanakan permainan itu dan membeli bangunan tua di utara Zalatha. Dia sudah merencanakan ini sejak bertahun-tahun yang lalu. Orang tua Shani dan Joko adalah penggagas kelompok pemberontak." Natasha mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan berita hari ini padaku.
"Kasus permainan maut terpecahkan!"
"Ternyata pelaku di balik pembunuhan berantai ini adalah seorang psikiater terkenal, Yeno."
"Dengan begini, kasus permainan maut ini pun selesai."
Namun, benarkah hanya Yeno yang terlibat?
Benarkah pembunuhan berantai ini telah berakhir?