Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Misteri KematiankuMisteri Kematianku
Oleh: Webfic

Bab 498

Bukan aku yang Davin cintai. Suamiku tidak mencintai Sanny. "Vincent, siapa wanita yang ada di rumahmu itu?" Clara tampak keluar dari ruangan dokter. Usai memastikan bahwa kondisiku tidak lagi terancam, Clara merasakan kelegaan di hatinya. Oleh karena itu, dia buru-buru menghampiri Davin untuk bertanya. Vincent terang-terangan membawa Shani nomor dua pulang ke rumah. Kehadiran Shani yang baru di rumah Vincent tidak mungkin luput dari perhatian Clara. Akan tetapi, belum tentu juga Clara pernah melihat sosok Shani nomor dua secara langsung. Clara memiliki kedekatan yang erat dengan Shani. Kalau dia melihat Shani nomor dua, perasaannya mungkin juga akan condong pada wanita itu. "Mau beralasan apa lagi sekarang? Shani rela dibawa pergi oleh Natasha, tetapi kamu malah dengan santainya hidup bersama wanita lain?" Clara bertanya pada Davin dengan amarah yang meledak. Davin diam, mulutnya tetap terkunci rapat. "Hei, hei, hei, aku sudah bilang, 'kan? Jangan terlalu banyak tanya." Ben buru-buru menghampirinya. Setelah berada di sampingnya, satu tangannya dengan sigap mengangkat tubuh Clara. "Lepas, lepaskan aku! Apa-apaan ini? Aku kira Arya itu sudah yang paling bajingan. Ternyata, kelakuan Vincent juga sama bajingannya. Kalau sampai Shani nggak bangun, lihat saja biar aku yang menghabisi dia!" Clara terus meronta dengan penuh kemarahan. "Siapa wanita itu ... " Clara masih berusaha keras untuk mendapatkan jawaban dari Davin. Namun, sebelum dia dapat menyelesaikan pertanyaannya, tenggorokannya tiba-tiba terasa tercekat. Tubuhnya seketika mematung. Setelah bisa berdiri dengan stabil, dia tak kuasa menahan keterkejutan di wajahnya. Tatapannya penuh ketidakpercayaan ketika dia melihat sosok orang yang mendatangi mereka. Sosok yang datang adalah Shani nomor dua. Dia benar-benar berani memperlihatkan dirinya kepada publik. Aku sempat mengira Shani nomor dua akan menyuruh Davin untuk menyembunyikan keberadaan dirinya. Jadi, identitas apa yang akan dia pakai dengan muncul seperti ini? Oh, benar! Dia bisa mengaku sebagai putri Natasha. "Shani ... " Clara menatap Shani nomor dua dengan ekspresi tercengang. Kemudian, tatapannya beralih pada sosokku yang masih belum sadar di kamar inap. Untuk sesaat, dia tampak kebingungan. "Shani?" Clara menyingkirkan Ben ke sampingnya. Dia pun beranjak ke hadapan Shani nomor dua dengan ekspresi penuh kepanikan. Namun, reaksi Shani nomor dua tampak cuek dan dingin. Dia berusaha menjaga jarak dengan Clara, seolah-olah tidak ingin terlalu dekat dengannya. Sesaat kemudian, dia bertanya dengan nada datar, "Siapa kamu?" Clara masih belum pulih dari keterkejutannya. Setelah memastikan, Clara yakin bahwa sosok yang datang ini adalah Shani ... Namun, mengapa Shani bersikap seolah tidak mengenalinya? "Dia bukan Shani ... " Ben buru-buru menahan tubuh Clara. Dia akhirnya menjelaskan. "Sebenarnya, dia bukanlah Shani yang kamu kenal, melainkan putri kandung dari Natasha. Dia adalah saudari kembar identik Shani karena mereka berdua berasal dari gen yang sama." Setelah mendengar penjelasan ini, binar di mata Clara kembali pudar. "Ah, pantas saja. Nggak peduli semirip apa pun dia dengan Shani, mustahil dia adalah Shani." "Benar, aku bukanlah Shani." Shani nomor dua dengan jujur mengakui identitasnya. "Aku dan Shani bukan saudari kembar dalam arti saudari kandung, tetapi kami merupakan kembar identik hasil kloning dari gen yang sama. Kamu boleh panggil aku Dara." Sama seperti yang lainnya, dia pun tidak punya nama karena dia hanya seorang subjek percobaan. Dia hanya dipanggil subjek eksperimen nomor 21. "Kemungkinan Natasha akan sadar kembali sangat kecil. Organisasi pasti akan berusaha keras untuk menyingkirkan Natasha yang dianggap mengancam rahasia organisasi. Nasib yang menunggu Natasha cuma kematian." Dara menatap Ben dengan tatapan penuh makna. "Bahkan, polisi pun nggak akan mampu menghalangi mereka." "Mereka berani melakukan pembunuhan di bawah pengawasan kami? Heh, apa mereka benar-benar meremehkan kemampuan kami?" Yesa bertanya dengan perasaan kesal. Dara menggeleng prihatin. Kemudian, dia beranjak menghampiri Davin. "Dia bukan Shani." Dia menegaskan bahwa identitas asliku adalah Sanny, bukan Shani. Namun, Davin sama sekali tidak beranjak dari tempatnya. "Kamu menginginkan sosok yang mirip dengan Shani, 'kan? Dibandingkan dengan Sanny, aku adalah pilihan yang paling tepat. Aku pun menyimpan seluruh ingatan Shani. Kalau kamu mau, aku bisa mengubah diriku menjadi persis sama seperti Shani. Kemiripan Sanny nggak ada apa-apanya denganku," kata Dara tanpa beban. Dia berharap Davin berhenti membohongi dirinya sendiri. Aku terdiam di pinggir, perasaan ragu mulai menguasai diriku. Memang, Shani lebih mirip dengan Dara dibandingkan denganku. Dara memang lebih mirip dengan kekasih hati Davin. "Jadi, ayo pulang bersamaku." Dara mengutarakan keinginannya. Kedua tangannya tampak terbuka ke arah Davin, seakan-akan dia berharap Davin akan menyambut pelukannya. Aku hanya terdiam mematung di sisi Davin. Rasanya begitu gelisah dan tidak keruan. Apa mungkin ini yang disebut cemburu? Aku merasa kehadiran Dara terlalu menjengkelkan. Entah itu perilaku maupun penampilan, semua yang ada pada dirinya terasa begitu mengusik hatiku. "Kamu nggak boleh memeluk dia ... " Air mata hampir jatuh saat aku menunduk. Hatiku teriris membayangkan Davin-ku memeluk wanita lain. Namun, aku merasa tidak berhak untuk mencegah Davin mengambil keputusan sendiri Jika Shani yang asli sudah dipastikan meninggal, maka kalau dia harus membuat pilihan antara aku dan Dara sebagai pengganti Shani, aku jelas akan kalah.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.