Bab 501
"Sudah bangun?" Davin menoleh begitu melihat aku sudah terbangun dan langsung menyembunyikan aura kejamnya dalam satu kedipan mata.
Rasanya agak canggung. Pasalnya, tadi pembawaan Davin terasa seperti mafia jahat. Orang yang tidak mengenal Davin malah mungkin akan mengira kalau pria ini adalah bos mafianya. Mengerikan.
"Shani ... " Dia langsung berbaring di pangkuanku, memanggil namaku dengan suara lembut dan menyiratkan sedikit kesedihan.
Dia ini … seperti baru saja mengubah mode. Langsung berubah seratus delapan puluh derajat.
Aku menggerakkan tangan dan mulai mengusap-usap kepalanya dengan sayang. "Ada apa? Yesa sampai marah-marah."
"Suara berisiknya itu mengganggumu? Sebentar, biar kujahit mulutnya." Davin seketika bangun dari pangkuanku dan hendak keluar.
Aku buru-buru meraih pergelangan tangannya. Dia suamiku, jadi aku tahu dia sengaja mengalihkan pembicaraan. "Davin, sebenarnya ada apa?"
"Natasha mati di bawah pengawasan mereka," jawab Davin pada akhirnya.
Aku terkesiap, tertegun tidak percaya. "Padahal ada sebanyak itu polisi yang berjaga ... "
"Mereka sudah memperhitungkan segala kemungkinan, tetapi sepertinya mereka nggak menyangka kalau Natasha akan bunuh diri." Davin berbalik menatapku, lalu melanjutkan, "Natasha tahu organisasi nggak akan membiarkan dia hidup. Di sisi lain, dia juga tahu pihak kepolisian akan menginterogasi dia dan berusaha membuatnya menguak rahasia tentang organisasi."
Bahkan Natasha sampai lebih memilih untuk bunuh diri. Artinya, organisasi itu lebih menakutkan dibanding kematian.
Natasha tahu itu, jadi dia memutuskan merenggut nyawanya sendiri daripada harus jatuh ke tangan polisi.
Entah mengapa, aku seperti sudah bisa menduga hal ini akan terjadi. Kemudian, aku teringat sesuatu dan seketika melepaskan genggaman tangan Davin.
"Natasha bilang kamu tidur dengan Dara." Sementara ini, aku tidak ingin memikirkan hal-hal rumit seperti itu. Satu-satunya yang ingin kuketahui adalah apa benar suamiku tidur bersama wanita itu?
"Kamu ada di sisiku, 'kan?" Davin tiba-tiba seperti menyadari sesuatu yang penting. Napas hangatnya menerpa wajahku saat tangannya dengan lembut memegang pipiku. "Perasaanku nggak mungkin salah. Kamu ada di sana waktu itu, 'kan?"
Mataku terbelalak sejenak. Aku baru sadar, ketika Dara akhirnya mengaku kalau nama aslinya adalah Dara, aku masih dalam bentuk roh.
Aku juga tidak mengerti bagaimana bisa hal seperti ini terjadi. "Mungkin aku mendengar kalian berbicara saat sedang koma?"
Entahlah, ada hal-hal yang tidak akan bisa dijelaskan secara ilmiah.
Davin tertawa melihat responsku, lalu mengusap pipiku dengan sayang. "Jadi, meskipun kamu tiba-tiba berubah jadi anjing, aku pasti tetap bisa mengenalimu."
Aku mengernyit kesal. "Kamu saja yang jadi anjing!"
"Hei, jangan mengalihkan pembicaraan! Vincent Isman, aku ini masih istrimu. Kamu tidur dengan orang lain? Jawab!" desakku sambil menatap Davin dengan tajam.
"Maksudmu tidur atau 'tidur'?" Davin tertawa meledek sambil bertanya padaku.
Kadang aku merasa suamiku ini sesekali memang harus ditendang.
"Tidur!" jawabku dengan gigi terkatup, menahan kesal.
"Nggak, kok." Akhirnya Davin mulai serius, lalu mengecup keningku. "Tetapi aku memang membiarkan dia masuk ke kamarku supaya Natasha percaya."
"Hmm." Aku mendengus dingin. Tetap saja rasanya agak cemburu.
"Shani, kamu cemburu, ya?" tanya Davin dengan begitu lembut.
Telingaku jadi memerah karena ditanyai seperti itu. Tiba-tiba suasananya jadi terasa canggung.
Mungkin aku memang sangat cemburu.
Brak! Pintu kamar inap tiba-tiba terbuka. Yoga dengan wajah polosnya itu menatap kami berdua yang baru saja akan berciuman. "Ada masalah ... "
Ekspresi Davin tiba-tiba berubah suram. Dia menatap Yoga dengan tatapan kesal dan menggerutu, "Awas saja kalau ternyata bukan masalah penting."
"Laboratorium berhasil dibuka dan terlalu banyak eksperimen nggak manusiawi yang dilakukan organisasi akhirnya mulai terungkap. Eksperimen itu melibatkan jajaran keluarga kaya Kota Hairo, termasuk ... keluarga Isman, keluarga Japardi, keluarga Wibowo, dan beberapa keluarga lainnya. Nama mereka tercatat sebagai orang-orang yang membeli bayi dengan modifikasi gen di laboratorium dan catatan ini belum sempat dimusnahkan. Polisi yang menemukan catatan itu." Yoga tampak gugup saat hendak melanjutkan laporannya, tetapi tetap membuka mulut. "Organisasi nggak akan mau menanggung risiko, jadi mereka pasti sedang mencoba membersihkan para saksi."
"Apa? Apa maksudnya?" Aku mengernyit sambil bertanya dengan heran.
"Tentu saja, mereka mencoba membunuh semua orang yang tahu tentang mereka." Lennon berdiri di depan pintu, lalu masuk sambil tersenyum ke arah. "Halo, Kak Shani. Kita bertemu lagi."
"Ada berita yang baru saja dirilis. Gala amal di Kota Hairo akan diadakan di kapal pesiar malam ini. Sekarang ratusan orang kaya beserta keluarganya di kapal pesiar tersebut diculik. Ini adalah kasus kriminal besar yang sangat menyita perhatian pihak berwenang. Kapal pesiar akan segera berlayar ke laut lepas," lapor Yoga seraya mengeluarkan ponselnya.
"Di antara orang-orang yang diculik ini, ada ibu Arya dan Pak Aldi serta istrinya. Arya dan Yuna juga ada di atas kapal."
Berdasarkan dugaan Yoga, orang-orang dari organisasi sedang melangsungkan rencana pembersihan jejak untuk menghilangkan semua saksi mata demi menyelamatkan kelangsungan organisasi.
"Hmm, kalau organisasi benar-benar berusaha membersihkan jejak, mereka nggak akan membuat kehebohan sebesar ini. Dengan melakukan pembersihan terang-terangan seperti ini, polisi malah jadi semakin yakin bahwa organisasi dan orang-orang kaya tersebut ada hubungannya. Dilihat dari sudut pandang mana pun, ini bukan rencana yang menguntungkan mereka." Logikanya, meskipun mereka membunuh orang-orang kaya itu, rahasia organisasi tetap akan terekspos.