Bab 162
Saat bekerja saja sudah cukup gila, sekarang libur, sifat liar si pria pasti tak akan bisa ditahan lagi.
Setelah minum lebih dari setengah gelas susu unta, Rosie mengambil tasnya dan hendak ke toilet.
Carlo memandangi punggung Rosie yang menjauh, sudut bibirnya terangkat menyunggingkan senyum, kedua tangannya bersilang, kedua ibu jarinya berputar pelan.
Itulah wajah seorang pemenang, tinggi dan angkuh dalam posisi berkuasa.
Dari cermin, Rosie melihat Bu Dorina di belakangnya menatap dengan mata seolah ingin melahap dirinya.
Dirinya tertawa sinis.
"Yah, bukankah ini calon besan Keluarga Parna?" Rosie itu tak memanggilnya "Bu Dorina" tetapi "calon besan Keluarga Parna."
Ekspresi Bu Dorina tampak sangat buruk.
Kalau saja dulu tidak ada rekaman dan video dari Rosie, hanya mengandalkan hasil USG Selina, hubungan dua keluarga itu mungkin tak akan seburuk sekarang.
Wanita itu tak bisa menahan amarahnya. Kalau tadi bukan karena melihat Rosie bersama seorang pria, mungkin dia sudah menekan gadi

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda