Bab 208
"Bertahanlah dulu, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit." Rosie tidak tahu bagaimana menenangkannya, melihat darah terus merembes dari kakinya, tangannya pun bergetar.
"Terima kasih." Setelah mengucapkannya, Patricia menutup mata, sudut bibirnya terangkat sedikit. Entah demi menjaga citra, atau sekadar menahan diri agar tampak kuat.
Kedua orang di depan tidak melihatnya.
Pintu masuk ke area parkir bawah tanah macet, sehingga mobil berhenti di depan pintu rumah sakit.
Carlo turun dari mobil sambil berkata, "Rosie, cari tempat parkir dulu. Aku akan membawa Patricia ke ruang gawat darurat, setelah mobil terparkir, temui aku di dalam."
"Baik." Rosie melepaskan sabuk pengaman dan menatap sekilas ke arah wanita di kursi belakang.
Dia menggigit bibirnya, air mata menggantung di sudut mata. Wajahnya yang begitu lembut dan menyedihkan membuat siapa pun pasti merasa iba.
Rosie mengernyitkan alis. Luka sebesar itu, kalau tidak terasa sakit justru aneh. Kalau dirinya yang kena, dia juga pasti

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda