Bab 63
Terakhir kali Rafael melihat Elina, kira-kira dua tahun lalu.
Saat itu anak itu masih sangat ceria, sulit membayangkan dia bisa dikaitkan dengan kata "autisme".
"Autismenya bukan muncul dalam semalam, tapi hasil dari akumulasi bertahun-tahun," ujar Dreya dengan wajah yang tiba-tiba muram dan penuh rasa iba. "Kudengar, sejak ibunya masuk penjara, ayahnya sering memperlakukannya dengan kasar. Pukulan dan makian sudah jadi hal biasa."
Mendengar itu, wajah Rafael langsung memancarkan hawa dingin yang tajam.
"Aku hanya tahu suaminya suka berjudi, tapi nggak pernah dengar dia melakukan KDRT."
"Aku juga tahu hal ini dari kepala panti asuhan. Katanya, hampir tiap minggu Elina dipukuli." Dreya menghela napas pelan. "Anak ini sungguh malang."
Mendengar helaan napas itu, Rafael menoleh, menatap wajah samping Dreya.
Rasa iba yang terpancar dari wajah Dreya begitu nyata, tertanam dalam-dalam di mata Rafael.
Dreya sepertinya dapat merasakan tatapan itu, jadi menoleh ke samping.
Rafael pun seketika m

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda