Bab 265
Lily menengadah, tak kuasa menghindar dari tatapan tajamnya.
Pandangannya menjadi kabur, dan air mata hangat perlahan jatuh dari sudut matanya.
Pria itu marah, memangnya ia tidak boleh merasa sakit hati, ya?
Dengan tindakannya, Karina seakan-akan menyerahkan dirinya untuk diinjak-injak oleh Sandy.
Orang tuanya berpendapat bahwa rasa malu bukanlah masalah, yang penting ia tetap menjadi bagian dari keluarga Febrianto!
Mereka tidak peduli dengan cara apa pun yang harus dilakukan olehnya, bahkan jika ia harus merendahkan dirinya di hadapan Sandy.
"Aku nggak hamil."
Percaya atau tidak, bukan ia yang mengganti obat itu.
Lily tetap harus membongkar kebohongan soal kehamilan itu.
Sandy melihat wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Meski telah berhadapan dengan berbagai macam tipu daya, ia menyadari bahwa memahami sosok Lily yang sesungguhnya sangatlah sulit.
Dulu, senyum ramah selalu menghiasi wajahnya saat menyambut orang lain. Kini, ekspresi wajahnya berubah menjadi dingin dan seri

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda