Bab 6
Aku menitipkan anakku untuk sementara kepada mertuaku, memberi beberapa pesan singkat, lalu merapikan barang-barang, dan naik traktor milik pamanku di desa menuju kota.
Suara traktor yang bising membuat kepalaku pusing, tetapi hatiku hangat dan bahagia.
Dengan paparan sinar matahari yang menyinari tubuhku, aku bersandar dengan puas di tumpukan jerami yang empuk.
Pamanku mengemudi sambil melirik ke arahku di kaca spion, dan tak bisa menahan diri untuk menggoda, "Kalian berdua tampak sangat mesra."
"Bikin orang lain iri saja."
"Beda dengan putriku. Dia hidup hemat di rumah sambil menunggu pria itu mencari uang di kota, tapi siapa sangka begitu dapat uang, dia malah tidur dengan wanita lain."
Ucapan pamanku membuat hatiku serasa tercekat.
Aku menekan bibirku dan tak bisa menahan rasa cemas.
Bagaimana jika suatu saat suamiku berhasil menghasilkan banyak uang, lalu tak mau lagi bersamaku dan anakku?
Seketika, hatiku seperti jatuh ke dalam lubang es. Perasaan gelisah membanjiri pikiranku, da

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda