Bab 1
Di dalam bus, aku mencari sensasi, membiarkan diriku larut dalam gairah yang tak terkendali. Saat tubuhku gemetar, sopir bus menatapku tajam ....
Semua penumpang bus antarkota telah tertidur karena kelelahan.
Hanya aku duduk di barisan depan, menggigit bibir dan penuh dengan keringat.
Aku menderita gangguan psikologis yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Setiap kali kambuh, aku berubah menjadi sosok tanpa rasa malu, yang hanya dipenuhi hasrat ....
...
Kali ini, aku diam-diam meringkuk di sudut kursi dan berusaha menyembunyikan tubuhku.
Di dalam bus yang melaju kencang, aku menatap sopir yang tengah fokus mengemudi dan perlahan mengubah posisi dudukku.
Gerakan tanganku semakin cepat.
Rasa nyaman yang telah lama hilang tiba-tiba menyelimutiku.
Sensasi terlarang yang tak terkendali membuat sarafku menegang, aku hampir saja bersuara.
Namaku Cyntia Siregar, seorang pegawai kantoran.
Di mata rekan-rekanku, aku adalah sosok dewi yang menawan dan tak mudah didekati.
Sebelum bertemu dengan suamiku, aku menolak berbagai bentuk perhatian dan godaan dari banyak pria.
Di mata mereka, aku adalah sosok yang lembut dan penurut, tenang namun berjarak, selalu menjaga batas kesopanan.
Tak ada seorang pun yang pernah melihat diriku di balik topeng itu.
Seseorang yang terdistorsi, menyimpang dan dipenuhi oleh hasrat yang tak terkendali.
Bukan hanya sekali aku melakukan hal-hal yang melampaui batas di tempat umum.
Kejadian pertama bermula di toilet kantor.
Seperti biasa, aku duduk di toilet.
Menikmati sedikit waktu untuk bersantai.
Tiba-tiba, dari balik pintu, terdengar suara percakapan dua rekan kerja pria.
"Wanita bernama Cyntia di kantor kita benar-benar menawan, tubuhnya juga memikat!"
"Ya, betul. Kalau boleh jujur, ini memang agak menyimpang, aku sudah membayangkan dia berkali-kali setiap malam saat menonton video."
Di balik pintu toilet, aku terkejut hingga mataku terbelalak dan napasku tersengal.
Tiba-tiba aku sadar, aku salah masuk toilet.
Ini toilet pria!
Pujian yang begitu menyimpang ....
Terutama ketika aku tahu bahwa setiap malam diriku hadir dalam khayalan rekan-rekan kerjaku.
Sebuah sensasi aneh muncul dari dalam diriku.
Aku ingin membuka pintu dan memeluk kedua rekan pria itu.
Pikiran ini membuatku terkejut.
"Cyntia itu begitu tenang dan anggun, juga patuh. Bagaimana mungkin dia melakukan hal seperti yang kamu bayangkan? Mimpi saja kamu!"
"Ah, dewi itu, hanya bisa ditemui dalam mimpi. Beneran iri pada suaminya deh ...."
Ternyata di mata mereka, aku begitu patuh ....
Di bawah rangsangan kata-kata mereka, aku mulai kehilangan kendali atas gerakanku.
Sebelumnya, aku juga pernah memiliki fantasi semacam ini, tapi selalu kuabaikan dan kutahan.
Inilah pertama kalinya aku melakukan sesuatu yang melampaui batas.
Percakapan terbuka antara dua rekan pria itu terasa seperti lahar panas, hampir saja meluluhkanku sepenuhnya.
Aku perlahan mengangkat ujung pakaianku, menutupi mulutku dengan satu tangan.
Seluruh tubuhku seolah dikendalikan oleh suatu kesadaran yang tak kasatmata.
Rekan-rekanku sedang asyik berbincang di toilet pria.
Sedangkan aku, gadis patuh di mata mereka, berada hanya sejarak satu dinding sedang melakukan sesuatu yang melampaui batas.
Aku tenggelam dalam kenikmatan berdosa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
Akhirnya, aku mengepalkan tangan erat-erat. Ujung kuku menusuk ke telapak tanganku.
Aku berjalan keluar dari toilet dengan langkah terhuyung-huyung.
Aku mencuci wajah dengan air dingin, mulai menyadari ini bukanlah sesuatu yang normal.
Aku menyingkirkan rasa malu yang menyedihkan dalam diriku.