Bab 4

Aku langsung terduduk lemas di tanah. Untung saja, tidak terjadi apa-apa .... Sesampainya di rumah, aku terjatuh lemas di kamar mandi dan menggosok tubuhku dengan kuat. Aku tak pernah menyangka dia adalah seorang dokter mesum. Gambaran yang terjadi di jalan tadi terus berputar dalam pikiranku, mengguncang sisa kewarasanku yang tersisa. Tatapan agresif para pria itu, juga tindakan melampaui batas dokter itu. Aku gemetar, terhanyut dalam rasa malu dan bersalah yang membingungkan. Aku mulai menggosok kulitku dengan kuat. Permukaannya yang semula putih bersih perlahan berubah kemerahan. Perlahan, rasa takutku berubah menjadi gairah. Aku ingin memperlihatkan tubuhku di hadapan semua orang, Mempertontonkan perbuatanku yang begitu kotor. Lalu aku berdiri dari bak mandi, mengangkat tangan untuk membuka jendela besar kamar mandi. Di luar, arus kendaraan padat dan lampu neon menyala di setiap sudut, para pria berlalu-lalang tanpa henti. Mereka semua adalah penontonku. Pada saat itu, aku kehilangan kendali atas diriku. Aku berdiri telanjang di depan jendela dan memeluk diriku erat-erat. Rasa melanggar batas moral itu membuat kulit kepalaku merinding. Aku bersandar pada jendela besar, memejamkan mata rapat-rapat dan menikmati sensasi yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Tubuhku terus bergerak gelisah, sementara gelombang emosi membuncah dalam diriku, perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Dari luar kamar mandi terdengar suara ketukan pintu. "Sayang, sudah selesai?" Di tengah suara panggilan itu, tubuhku menegang tanpa kendali. Rasa malu yang begitu dalam telah lama tersembunyi di lubuk hatiku. Aku menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Sudah selesai." Kejadian hari ini telah melepaskan seluruh hasrat yang terpendam dalam diriku. Aku, yang dulu dikenal sebagai sosok dingin dan tak pernah melampaui batas, kini telah berubah menjadi wanita yang mencari pelarian dalam kenikmatan terlarang.