Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 11

"Ayah ...." Tiba-tiba suara mengantuk Flinton terdengar dari ambang pintu. Darren menoleh ke arah suara itu dan melihat Flinton berdiri tanpa alas kaki dengan piyama sambil memegang boneka kesayangan di depan pintu. "Kemarilah." Flinton menggosok mata saat berjalan mendekat, Darren mengangkat anak itu ke pangkuan pangkuannya. Flinton melihat ke sekeliling dengan penasaran. Biasanya ruangan ini terkunci dan ini pertama kalinya Flinton masuk ke dalam. "Ayah ...." Flinton merangkul pinggang Darren, masih agak ketakutan. Dia memimpikan wanita itu lagi. Dalam mimpi itu, wanita tersebut memeluk Flinton. Pelukan itu begitu hangat, memberinya rasa aman yang aneh. Wanita itu menggumamkan namanya dengan lembut. "Flinton, Flinton kecilku." "Aku Ibu ...." Flinton tidak pernah bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas dalam mimpi, hanya ingat pelukan hangat yang dia rindukan. Flinton teringat Vinnia lagi, pelukannya juga memberi Flinton rasa damai. "Nggak tidur?" Darren mengetuk hidung Flinton dengan lembut. Flinton berkata, " Flinton mau tidur dengan Ayah." "Hm? Bukankah Flinton selalu tidur sendirian?" Darren agak terkejut. "Flinton kangen Ayah." Flinton berkata sambil mengangkat wajah mungilnya, menangkup wajah Darren dengan kedua tangan yang mungil dan mengecup dagunya. Ciuman malu-malu ini terkesan agak memohon. Darren mengenal putranya dengan sangat baik. Anak ini jarang menciumnya kecuali ada keinginan khusus. Benar saja .... Flinton bertanya, "Bisakah aku bertemu bibi itu lagi?" Vinnia? Si kecil ini benar-benar tertarik pada wanita seperti itu? "Kenapa kamu mau bertemu dengannya?" "Aku suka dia." Mata Flinton berbinar saat menyebut Vinnia, "Dia bibi tercantik yang pernah kulihat di dunia." "Kamu lebih suka dia daripada ibumu?" Wajah Flinton tiba-tiba menjadi muram dan bergumam, "Aku nggak suka Ibu." Semua orang bilang kalau Judy adalah ibunya. Namun anak-anak itu sensitif, semua perasaan mereka mengikuti intuisi. Dia tidak suka Judy. Selain itu, dia memiliki rahasia yang tidak diketahui orang lain. Yaitu Judy jelas bukan ibu kandungnya. Meskipun Flinton baru berusia lima tahun, dia memiliki kecerdasan yang jauh melebihi anak-anak seusianya. Kebetulan saja dia menemukan laporan medis Judy, yaitu Judy lahir tanpa sel telur. Flinton mencarinya di internet yang berarti Judy tidak layak untuk menjadi seorang ibu. Ibunya adalah orang lain. Flinton sering memimpikan seorang wanita dengan tatapan penuh kasih sayang dan suara lembut. Hingga Flinton bertemu Vinnia di bandara, dia yakin wanita inilah wanita ramah yang sering muncul dalam mimpinya. Darren bertanya, "Kenapa kamu nggak suka Ibu?" Flinton tiba-tiba bertanya, "Ayah suka Ibu?" Darren berkata, "Suka." Flinton terlihat tidak yakin dan bergumam, "Benarkah? Kok aku nggak bisa merasakan kasih sayang Ayah untuk Ibu di mata Ayah?" Darren tiba-tiba terdiam. Dia terdiam begitu mendengar pertanyaan dari seorang anak berusia lima tahun. Bagaimana rasanya menyukai seseorang? Darren tidak bisa membayangkannya. Mungkin dia menyukai Judy karena rasa tanggung jawab atau karena janji yang dia buat kepada Judy saat masih kecil. Darren selalu menepati janjinya. Lagi pula, Judy telah memberinya hadiah paling berharga di dunia. Lima tahun yang lalu, dia menggendong Flinton sebelum berkata dengan malu-malu dan penuh emosi, "Kak Darren, ini bayi kita. Maukah kamu memberinya nama?" Selama Judy menjalani perawatan di luar negeri, dokter pernah menyatakan dia tidak akan hidup lebih dari 20 tahun. Itu juga alasan Darren menikahi Valenna. Golongan darah Valenna cocok dengan Judy. Setelah Valenna hamil, sel punca hematopoietik yang berasal dari darah tali pusatnya bisa menyelamatkan nyawa Judy. Saat Valenna hamil delapan bulan, Darren mengambil darah tali pusatnya dan berusaha keras menyewa profesor kedokteran paling terkenal di dunia serta dokter-dokter terbaik yang akhirnya menyelamatkan nyawa Judy. Setelah pemulihan selama setahun, Judy sembuh total dan tidak berbeda dengan orang normal. Saat kembali, dia membawa seorang anak. Judy berkata, "Kak Darren, aku takut nggak akan bisa menjadi istrimu seumur hidupku, jadi aku diam-diam menjalani program bayi tabung tanpa memberitahumu. Aku ingin meninggalkan hadiah untukmu." Hadiah itu adalah Flinton. Awalnya Darren enggan. Saat itu dia baru saja kehilangan Valenna dan kedua anak dalam kandungan .... Judy memeluk Flinton, memohon pada Darren untuk melihat anak itu dan memeluknya .... Sebagai seorang ayah baru yang menggendong bayinya, Darren tidak merasa begitu gembira menjadi seorang ayah. Seiring pertumbuhan Flinton, dia mulai duduk dan perlahan belajar merangkak. Kata pertamanya adalah "Ayah". Kasih sayang seorang ayah pun mulai tumbuh sedikit demi sedikit. Tidak hanya cinta untuk Flinton, tetapi juga tanggung jawab. Karena tanggung jawab inilah dia merasa harus bertanggung jawab atas Judy. Lagi pula, Judy adalah ibu kandung Flinton. ... [Nona Vinny, orang yang kamu cari sudah ketemu.] Vinnia menerima pesan WhatsApp berisi sebuah alamat. Dia memberikan alamat itu kepada sopir. Setengah jam kemudian, mobil berhenti di depan sebuah bangunan perumahan. Lingkungan ini terdiri dari rumah-rumah petak yang dibangun pada abad lalu sekaligus merupakan daerah kumuh yang terkenal di Kota Nirkan. Tangga yang begitu rendah dan sempit tidak cukup lebar untuk dua orang berjalan berdampingan. Semua penghuni aslinya telah pindah dan sekarang mereka yang tinggal di komunitas ini adalah pekerja migran atau orang miskin penerima jaminan sosial. Vinnia berdiri di ambang pintu yang bobrok dan mengetuk pelan. "Iya!" Serangkaian langkah kaki tergesa-gesa terdengar dari dalam. "Siapa, ya?" Pintu terbuka, memperlihatkan wajah yang agak pucat. "Rini?" Vinnia tersenyum. Rini langsung terlihat terkejut, "Vi ... Vinnia!" Ini adalah Vinnia, aktris besar. Seorang bintang Holenia. "Apa aku sedang mimpi!?" Rini menggosok matanya dengan panik, tidak pernah menyangka seorang artis besar yang bernilai ratusan miliar akan muncul di depan pintunya. Melalui celah di belakang, Vinnia melihat perabotan yang agak usang di dalam dan merasa agak sedih. "Rini, bolehkah aku masuk?" Rini melihat ke sekeliling dengan agak canggung. "Ini sedang syuting untuk acara TV?" Sebuah acara di mana para artis besar mengunjungi rumah-rumah orang biasa. Vinnia berkata kepada sopir dan pengawal di belakangnya, "Tunggu aku di luar pintu." "Baik." Rini pun mengundang Vinnia ke dalam rumah dan menutup pintu. Vinnia memeluknya dengan lembut sambil berkata, "Rini, ini aku, Valen." "..." Rini terdiam cukup lama. "Valen?" "Valenna." Vinnia terkekeh, "Kamu pasti nggak akan mengenaliku!" "Jangan bercanda!" Mata Rini langsung memerah, "Valen sudah mati ...." Terlebih lagi .... Valenna yang Rini ingat memiliki bintik besar menjijikkan di wajahnya, bagaimana dia bisa menjadi begitu cantik? "Rini, kita sahabat. Aku ini Valen. Kalau nggak percaya padaku ...." bisiknya di telinga Rini, "Bekas cambuk di punggungmu itu demi melindungiku. Aku masih ingat." Rini menutup mulut dengan tidak percaya. Dia memang memiliki luka di punggung, itu adalah rahasia antara dirinya dan Valenna. "Ka ... kamu memang Valen!" Rini berteriak kegirangan, "Kamu berbeda dari lima tahun yang lalu ...." "Aku belum mati, aku masih hidup!" "Ya ampun! Apa aku sedang mimpi!?" Rini memeluknya erat-erat, "Valen! Kamu belum mati ...." ... Ibu Rini adalah pengasuh Keluarga Sinor. Selain orang tua angkat, wanita itulah satu-satunya orang yang tulus menyayangi Valenna saat masih kecil. Rini dan Valenna tumbuh bersama di Keluarga Sinor. Saat Nyonya Nancy kehilangan gelang giok, semua orang menuduh Valenna mencurinya dan Rini menanggung luka cambuk. "Lima tahun yang lalu, ibuku jatuh sakit dan Nyonya Nancy mengusir kami," kata Rini, "Karena ibu sakit dan butuh seseorang untuk merawatnya, aku nggak bisa keluar untuk mencari pekerjaan, cuma bisa tinggal di rumah untuk merawatnya." Vinnia menatap Rini yang duduk di atas kasur dengan agak gelisah, lalu berkata sambil tersenyum, "Bibi Farah, jangan khawatir. Mulai sekarang aku akan menjaga kalian berdua dengan baik." Bibi Farah menyeka air mata, merasa sangat terharu. "Ke mana saja kamu selama lima tahun terakhir? Bukankah Keluarga Sinor bilang kamu sudah mati?" "Itu bukan aku, Hugo membawaku ke luar negeri." "Kamu belum mati, lalu bagaimana dengan orang di pemakaman itu?" Vinnia berkata, "Aku nggak tahu namanya. Sepertinya dia anak yatim piatu yang tunawisma. Saat itu dialah yang menarikku keluar dari api ...."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.