Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 14

"Judy ...." Henny tidak tahu bagaimana harus menghiburnya. "Aku bisa merelakan semua ini, tapi Kak Darren adalah orang yang nggak boleh dia sentuh!" Ribuan endorse Chanel tidak bisa dibandingkan dengan Darren. "Pak Darren milikmu, nggak ada bisa merebutnya!" Henny menghiburnya, "Sekalipun dia bersama Pak Darren semalam ... yah, begitulah pria! Pria seperti Pak Darren sangat istimewa, pasti akan dikelilingi beberapa wanita. Artis mana di industri hiburan yang nggak mau tidur dengan Pak Darren?" "Tapi ... wanita ini membuatku merasakan ancaman yang aneh dan kuat." "Dia cuma memprovokasimu. Semakin kamu panik, semakin kamu terjebak di dalamnya! Kita nggak boleh sampai kehilangan akal." Setelah Henny berulang kali menghiburnya, Judy pun mulai agak tenang. "Telepon saja Pak Darren," kata Henny, "Cukup rayu dia, dia akan menghancurkan wanita itu dengan jentikan jari." Judy mengeluarkan ponsel dan menelepon Darren. Panggilan berdering beberapa detik sebelum diakhiri. ... Ruang rapat Grup Oasis. Darren melihat panggilan tak terjawab dari "Judy" dan mengakhiri panggilan rapat. Dia keluar dari ruang rapat dengan ponsel dan menelepon kembali. Panggilan itu langsung dijawab. "Kak Darren ...." Suara Judy terdengar gemetar oleh air mata, "Seseorang menindasku ...." "Hm?" Darren mengernyitkan dahi, "Siapa?" "Vinnia!" katanya dengan sedih, "Wanita itu datang mencariku dengan sikap sok, bilang kemarin dia menghabiskan sepanjang malam bersamamu. Dia bilang akan merebutmu dan mencabut semua kontrak film serta endorseku ...." Darren mengerutkan kening, wajah cantik namun angkuh Vinnia pun muncul di depan matanya. Wanita itu mirip seperti penyihir kecil. "Kak Darren ...." Melihat Darren tidak menjawab untuk waktu yang lama, Judy bertanya, "Kamu dengar nggak?" "Kalau kamu merasa menderita ...." kata Darren, "Tinggalkan saja industri hiburan." "..." Judy tidak pernah menyangka akan mendengar jawaban ini. "Tempat sesuram industri hiburan nggak cocok untukmu." Darren terdiam sejenak, "Aku nggak suka industri hiburan." Judy tiba-tiba terdiam. Judy sudah lama berkecimpung di industri hiburan, Pak Darren tidak pernah menyukai industri ini. Keluarga Sinor adalah keluarga bergengsi selama tiga generasi dengan Tuan Besar Seth sebagai pahlawan nasional yang memandang rendah industri hiburan. Oleh karena itu, Tuan Besar Seth juga tidak begitu menyukai Judy. Sekalipun Nyonya Nancy menyukai Judy, tetap saja ada Tuan Besar Seth yang menolak kehadirannya. Namun Judy punya alasan tersendiri untuk berada di industri hiburan. Saat itu Judy ditemukan oleh seorang pencari bakat dan membintangi sebuah film, memulai debutnya sebagai bintang cilik, tetapi tidak menjadikannya sebagai profesi utama. Hingga krisis keuangan melanda, Grup Lirton menghadapi kesulitan dana yang memaksa Judy kembali ke industri hiburan. Pendapatan tahunan aktris papan atas setara dengan nilai pasar beberapa perusahaan terdaftar. "Kak Darren, bukankah aku sudah janji akan pensiun dari dunia hiburan setelah kita bertunangan?" tanya Judy secara tidak langsung, "Kamu lupa?" Terdengar suara Darren yang agak dingin di ujung lain telepon. "Flinton nggak menyukaimu." Judy, "..." "Selama ini kamu nggak pernah benar-benar peduli padanya. Dia nggak dekat denganmu." "Apa aku punya hak untuk peduli padanya?" tanya Judy, "Aku juga ingin memeluk Flinton, mengumumkan kepada seluruh dunia kalau aku adalah ibunya dan dia adalah putraku, tapi apa aku punya hak itu? Kita belum menikah. Di mata dunia luar, aku cuma seorang gadis muda lajang dari keluarga terhormat. Lagi pula, aku nggak berani mendekati Flinton. Aku melindungi Flinton. Kak Darren, bukankah kamu janji akan menikah denganku? Apa kamu nggak mau menikah denganku lagi?" "Aku ada rapat, aku akan telepon lagi setelah selesai." Darren mengakhiri panggilan setelah mengatakan itu. Judy menggenggam ponsel, wajahnya membeku. Dia tiba-tiba merasa Darren seperti pasir hisap yang sulit untuk digenggam. Seutas tali tegang putus di dalam benaknya Judy menangis tersedu-sedu, merasa sangat sedih. Henny buru-buru mencoba menghiburnya, "Judy, ada apa?" "Dia menyalahkanku karena nggak menemani Flinton!" kata Judy, "Tapi apa boleh buat? Aku belum menikah, aku mana bisa terang-terangan menemani Flinton?" Keluarga Lirton sangat menghargai reputasi. Kalau sampai kabar tentang dirinya yang hamil di luar nikah tersebar, takutnya hal itu akan membuat karirnya hancur. "Lima tahun! Aku sudah menunggunya selama lima tahun! Dia masih belum melamarku. Apa aku yang harus melamarnya?" Agnes terus menyuruhnya untuk menjaga harga diri. Karena itulah Judy tidak pernah berani menyerahkan diri kepada Darren selama bertahun-tahun. Dia ingin menyimpan "pengalaman pertama" yang berharga untuk malam pernikahan mereka. Henny berkata, "Zaman sudah berubah. Keluarga Lirton punya aturan keluarga yang ketat, tapi di zaman materialistis ini, takutnya mungkin Pak Darren akan bertemu dengan beberapa wanita jalang seperti Vinnia yang nggak tahu malu dan mencuri hatinya." Judy bertanya, "Lalu ... maksudmu?" "Judy, kamu dan Pak Darren punya Flinton, jadi kelak statusmu tentu saja bergantung pada putramu. Cuma takutnya kamu nggak akan bisa mempertahankan hatinya. Meski kelak sudah menikah, mungkin hati Pak Darren nggak bersamamu." Judy bertanya dengan panik, "Terus aku harus bagaimana?" Henny berkata dengan penuh arti, "Terkadang wanita nggak bisa menjaga hati pria tanpa pakai beberapa trik." Judy langsung mengerti, kilatan cerdik terpancar di matanya. ... Malam hari. Maybach diparkir di gedung Grup Universal. Nandi membuka pintu mobil dan Judy berjalan ke mobil. Dia melihat Darren duduk di kursi belakang dengan laptop di tangan. Layarnya penuh dengan data yang padat, cukup untuk membuat orang pusing hanya dengan melihatnya. Namun pria itu terlihat sangat fokus dan sesekali menekan tombol enter. Judy duduk di kursi belakang dan bertanya, "Kak Darren, masih sibuk dengan kerjaan?" Darren menutup laptopnya dengan lembut. "Laporan keuangan perusahaan, cuma baca sekilas." Pintu mobil ditutup. Judy bergerak lebih dekat pada pria itu. Darren tidak menyadari gerakan itu dan menginstruksikan sopir, "Kembali ke kediaman Keluarga Lirton." "Tunggu!" Judy langsung menyela. Darren menatap Judy dengan curiga. Judy mengerucutkan bibir. "Aku nggak mau pulang." "Kenapa?" "Kak Darren, a ... aku merindukanmu. Akhir-akhir ini kamu sangat sibuk dan nggak ada waktu untukku." Judy berkata sambil meraih lengan pria itu menyandarkan kepala di bahunya. "Belakangan ini aku belajar masak, mau coba masakanku?" "Kok tiba-tiba mulai belajar masak?" "Setelah kita menikah, aku akan pensiun dari dunia hiburan. Setelah kamu pulang kerja, kamu bisa makan masakanku. Bukankah itu menyenangkan?" Darren berkata, "Akan ada orang yang mengurus hal-hal ini." Judy berkata dengan agak kesal, "Kalau begitu, kamu nggak mau coba masakanku?" Darren mengerutkan kening tanpa berkata apa-apa lagi. Dia menginstruksikan sopir, "Jalan." "Pak Darren, kita kembali ke Griya Lestari?" Kediaman utama Keluarga Sinor berjarak setengah kota dari Grup Sinor. Oleh karena itu, Darren membeli sebuah vila di kota dekat gedung Grup Oasis, yaitu Griya Lestari. Terletak di pusat bisnis, tetapi tenang dan jauh dari keramaian. Tepat saat mobil berhenti di garasi parkir bawah tanah, Darren tiba-tiba menerima pesan dari Vinnia. [Bar Velvet.] [Kemarilah.] [Dalam setengah jam.]

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.