Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 15

Tiga pesan berurutan, singkat dan berwibawa. Darren mengerutkan kening, langsung membayangkan penampilan cantik dan angkuh Vinnia. Vinnia terlihat yakin Darren pasti akan datang setelah mengirimkan beberapa pesan ini. Judy keluar dari mobil, tetapi melihat Darren masih belum keluar dan bertanya, "Kak Darren, kita sudah sampai." "Iya, kamu masuk dulu." "Kamu nggak masuk?" "Aku ada urusan," kata Darren, "Nanti aku akan kembali." "Kapan kamu akan kembali?" "Kalau terlalu larut, aku akan menyuruh sopir mengantarmu pulang." Judy terkejut dan hendak bertanya lebih lanjut ketika Nandi sudah menutup pintu mobil. Judy melihat mobil itu melaju meninggalkan garasi parkir bawah tanah tanpa daya, wajahnya memucat karena cemas dan menggigit bibirnya karena frustrasi. Darren mau pergi ke mana? Kembali ke perusahaan? Begitu sibuk hingga meninggalkannya sendirian di garasi parkir? Judy masuk ke aula lift dengan marah. Malam ini dia telah mengumpulkan seluruh keberanian dan memutuskan untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada pria itu. Apa pun yang terjadi, Judy akan menunggu sampai pria itu kembali. ... Bar Velvet. Begitu Darren melangkah melewati pintu, dia disambut oleh suara gemuruh yang memekakkan telinga. Semua orang berdansa sesuka hati di lantai dasar. Di tengah kebisingan, Darren langsung melihat sebuah bilik di lantai pertama, tempat beberapa pemuda manja mengepung Vinnia. Tatapan cabul mereka saat menatap Vinnia begitu terang-terangan seolah pakaian itu tidak menutupi tubuhnya. Bukannya pergi ke bilik itu, Darren malah naik ke lantai dua dan mencari tempat dia bisa menyaksikan pertunjukan itu berlangsung. "Artis besar, suatu kehormatan bagimu untuk minum bersama kami. Kalau kamu nggak minum, bukankah itu artinya kamu nggak menghormati kami?" "Kamu pikir ini Holenia? Ini Negara Kartan, tempat raja berada! Jangan kurang ajar!" "Jangankan beberapa gelas ini. Sekalipun aku menyuruhmu melepas semua pakaianmu di sini, kamu harus patuh!" "..." Beberapa pemuda angkuh menugaskan beberapa pengawal untuk menjaga pintu masuk bilik. Pada titik ini, mereka jelas menahan Vinnia di sini. Vinnia duduk di sofa, mengamati wajah-wajah licik itu. Mengetahui dirinya dalam posisi yang kurang menguntungkan, dia malah terlihat tenang dan berkata dengan kejam. "Kalian bilang ini di Negara Kartan, tempat raja berada. Kalau nggak, aku akan mengira Kota Nirkan ini milik beberapa bajingan seperti kalian." "Kamu!" Wajah seorang pria memucat karena bantahan Vinnia, "Dasar wanita kotor, jangan begitu nggak tahu terima kasih! Kamu pikir kamu itu siapa? Cuma buat beberapa film dan merasa kamu itu orang penting?" Yang lain menimpali, "Bar ini penuh bawahan kami! Kamu pikir ini tempat apa!? Kami sudah baik padamu, jadi terimalah dan jangan terus menantang kami!" Bar Velvet. Dengar-dengar pemiliknya adalah orang yang sangat berpengaruh. Sebagian besar dari mereka yang datang adalah orang-orang berkuasa dan terkenal, tetapi bahkan artis terbesar pun tidak ada bedanya dengan para penari di lantai dansa begitu masuk. Tidak lebih dari artis yang bisa menggoda tanpa malu. Setelah melihat banyak artis yang takluk dengan mudah, Vinnia adalah satu-satunya yang sulit untuk diatur. Vinnia mencibir, sama sekali tidak menghiraukan mereka. "Apa bedanya aku minum atau nggak? Nggak tahu malu? Siapa yang nggak tahu malu?" "Coba katakan lagi, wanita sialan!" Vinnia menambahkan, "Kalian yang mengundangku ke sini, bukan aku yang memaksa untuk datang. Kalian mengundangku minum dan mau minum atau nggak itu keputusanku. Kalau kubilang nggak ya nggak." Para pemuda di sana terlihat sangat muram. Tidak ada yang menyangka Vinnia akan begitu sulit ditaklukkan. Salah satu pria itu mengejek, "Vinnia, hari ini kamu harus minum! Jangan jual mahal! Jujur saja, Pak Felix sudah menyukaimu! Sebutkan hargamu! Kamu aktris Holenia, Pak Felix cuma ingin mencoba sesuatu yang baru. Berapa untuk satu malam? Pak Felix mampu bayar, dia sangat kaya!" "Sekarang sudah dapat posisi tinggi, kamu juga bukan orang yang benar-benar polos. Apa salahnya minum dengan Pak Felix? Apa itu merendahkanmu?" Felix dari Keluarga Sutrisno adalah orang yang sangat terkenal. Pak Felix ini tidak memiliki hobi selain mengumpulkan teman-temannya untuk bermain dengan para aktris di industri hiburan. Begitu Vinnia kembali, Felix tidak sabar untuk memanggilnya. Melihat industri hiburan, selain segelintir orang dengan dukungan besar, siapa lagi yang tidak bisa dia ajak main? Namun siapa sangka dia akan bertemu Vinnia, wanita yang begitu sulit ditaklukkan. Vinnia datang, tetapi hanya duduk di sana tanpa tergoda oleh taktik apa pun. Hal ini membuat para tuan muda marah. Mereka bertekad untuk memenangkan wanita ini malam ini dengan cara apa pun. Sayangnya pengaruh Vinnia terlalu besar. Tidak ada yang ingin memperburuk keadaan, jadi mereka tidak bisa pakai cara yang terlalu kasar. Meskipun sudah berusaha keras, Vinnia menolak untuk memberi muka dan tidak mau minum setetes pun bir, membuat Felix benar-benar terhina. Ada yang tidak beres dengan bir ini. Dengan pengalaman selama bertahun-tahun dalam industri ini, Vinnia tahu betul apakah bir itu mencurigakan atau tidak. Semakin dia menolak minum, semakin sulit bagi Felix. Vinnia berkata dengan ketus, "Pak Felix, selama ini begitu banyak pria yang menginginkanku. Kamu harus antri dan ambil nomor kalau mau mengundangku makan. Hari ini aku sudah memberimu muka dengan menerima undanganmu. Kalau kamu memaksaku minum, jangan salahkan aku karena kejam." "Pak Felix adalah pria yang sangat lembut! Jangan kira bisa mengabaikannya cuma karena kamu punya status!" "Jangankan Keluarga Sutrisno. Sekalipun Darren dari Keluarga Sinor yang duduk di sini dan menyuruhku minum, aku juga nggak akan minum!" Vinnia berkata sambil menyilangkan kakinya dengan anggun, "Kalian pikir reputasi kalian lebih besar daripada Darren?" Lantai dua. Darren menonton seluruh lelucon yang terjadi di bilik itu. Terutama kalimat "sekalipun Darren dari Keluarga Sinor yang duduk di sini dan menyuruhku minum, aku juga nggak akan minum". Wanita ini benar-benar sombong dan tidak menghormati siapa pun. Namun .... Darren sama sekali tidak marah. "Heh! Sombong sekali!" "Beraninya kamu nggak menghormati Pak Darren!?" Felix tiba-tiba melambaikan tangan, memberi isyarat untuk diam. Dia menyipitkan mata ke arah Vinnia, lalu akhirnya berkata sambil tersenyum, "Ini Bar Velvet, wilayahku. Sekalipun Darren datang, dia harus patuh padaku." Vinnia tersenyum, sorot matanya dingin dan sinis. Dia tidak mengenakan riasan tebal, tetapi sudut matanya terangkat yang sangat memikat. Wanita ini mampu memikat hati pria hanya dengan sekali pandang. Pantas saja banyak orang penting bertekuk lutut di kakinya. Dia memang layak menyandang "racun industri hiburan". Hanya melihat wanita itu saja sudah membuatnya iri. Ternyata wanita yang memikat ini sangat sulit ditaklukkan, sehingga memicu hasrat untuk menaklukkannya.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.