Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 16

Mendengar ini, Vinnia bisa mengetahui kalau Felix hanya berlagak. Itu karena Darren tidak ada di sini. Kalau ada, apakah dia masih berani mengatakan itu? "Sebutkan hargamu!" Kesabaran Felix jelas sudah habis, "1 miliar, cukup?" "1 miliar?" Vinnia terkejut begitu mendengar angka ini. "Satu malam denganmu, cukup nggak?" Vinnia tersenyum, tetapi sebelum dia sempat berbicara, Felix menambahkan, "20 miliar!" "20 miliar ...." Felix jelas cemas. "Vinnia, seharusnya kamu senang aku sangat tertarik padamu. Kalau nggak, kamu nggak akan pantas dihargai semahal itu. Industri hiburan cuma sekumpulan pelacur. Dulu aktris rendahan sepertimu cuma pantas berlutut dan berbicara kepadaku." Ucapan Felix menyiratkan kalau Vinnia adalah seorang aktris rendahan, sementara dia adalah orang kaya kelas atas. Felix mengandalkan latar belakang keluarga, untuk mempermalukan dan menginjak-injak harga diri orang lain. Vinnia bekerja di Holenia. Tempat apa itu Holenia? Kapitalis macam apa yang belum pernah ditemui? Valen sudah sering bertemu orang rendahan seperti Felix. Berusaha mengintimidasinya? Heh. "Kalau mau kuberi kamu muka dengan minum, boleh saja." Vinnia berkata sambil menunjuk lantai, "Bagaimana kalau kamu bersujud beberapa kali untuk memohonku minum? Mungkin aku akan senang dan minum." Felix tersedak, penghinaan ini benar-benar menguras kesabarannya. Wanita itu jelas datang untuk mencari masalah dengannya. Felix langsung berdiri, matanya berkilat marah dan berkata dengan gigi terkatup, "Dasar wanita jalang nggak tahu malu! Mau mempermainkanku!? Jangan kira aku nggak tahu Darren sudah main denganmu! Cuma demi uang, 'kan? Apa lagi yang kamu pedulikan selain uang? Kamu biarkan Darren main denganmu, terus kenapa aku nggak bisa!? Kamu pikir kamu itu siapa!?" "Kamu tahu aku kekasih Darren?" Vinnia mengejek ancamannya, "Sudah tahu aku kekasihnya, masih berani bicara seperti itu padaku!?" "Kalau Darren bisa main sama wanita, kenapa aku nggak!? Hari ini aku akan mengajarimu siapa yang berkuasa di Kota Nirkan! Aku juga bisa main denganmu seperti Darren!" Setelah itu, Felix menunjuk ke arah Vinnia dan berkata, "Bawa dia ke sini! Buka bajunya!" Bawa ke sini. Di mata Felix, wanita ini tidak lebih dari sekedar wanita bekas. Vinnia terkejut, tidak menyangka akan membuat Felix begitu marah. Kedua pengawal yang berdiri di kiri dan kanan Felix langsung menghampiri Vinnia. Vinnia mengerutkan kening. Saat tangan pengawal menyentuh lengannya, dia tiba-tiba mengangkat tangan dan menusuk orang itu dengan jepit rambut. Salah satu pengawal tertusuk dan terhuyung mundur setengah langkah. "Dasar wanita jalang sialan!" Pengawal itu segera merampas jepit rambut, melemparkannya ke samping sebelum menjambak rambut Vinnia dan membantingnya ke meja rendah. Brak! Vinnia menjatuhkan gelas dan botol bir di meja, kedua lengannya dipegang erat-erat pada saat yang bersamaan. Felix berdiri, berjalan ke arah Vinnia dan menatapnya dari atas ke bawah dengan tatapan penuh nafsu. "Kamu pikir aku nggak berani menyentuhmu? Bukankah kamu begitu keras kepala? Kalau kamu patuh, mana mungkin akan merasakan ini?" Vinnia memperingatkan, "Felix, kuperingatkan kamu, jangan sentuh aku!" "Kenapa? Mau peringatkan apa, hah?" kata Felix sambil mengulurkan tangan untuk menarik kerah bajunya. Tepat pada saat itu .... "Pak Felix." Felix tiba-tiba berbalik dan melihat sekelompok pria berjas berdiri di luar bilik, setiap orang memasang wajah dingin dan aura yang mengesankan. "Siapa kalian?" Pria itu hanya berkata, "Kami datang untuk mengundang Nona Vinny ke atas." "Kalian bawahan siapa!?" teriak Felix, "Wanita ini milikku! Keluar!" "Pak Darren mengundangnya." Felix tertegun saat mendengar ini. Pak Darren? Ada berapa banyak Pak Darren di ibu kota? Felix mendongak ke lantai dua dan melihat sekelompok orang berdiri berjajar di luar sebuah bilik. Ada seorang pria dengan wajah terhalang cahaya redup duduk di dalam. Akan tetapi .... Aura pria itu mulia, angkuh dan mendominasi. Siapa lagi di Kota Nirkan yang bisa memiliki aura seperti itu selain Pak Darren? Itu dia! Wajah Felix langsung pucat pasi. "Pak Felix, suruh anak buahmu untuk tahu diri dan singkirkan tangan mereka darinya." Sebelum Felix sempat berbicara, kedua pengawal itu menarik tangan mereka dengan linglung. "Nona Vinny, Pak Darren mengundangmu." Vinnia berdiri, masih merapikan rambutnya yang agak acak-acakan dengan anggun sambil menahan amarah dan mengikuti mereka ke lantai atas ke lantai dua. Darren .... Pria itu baru saja tiba!? Bukankah dia menyuruhnya untuk tiba dalam waktu setengah jam? Vinnia bukannya tidak mampu menangani situasi ini. Mungkinkah pria itu sudah lama datang, hanya ingin melihatnya dipermalukan? Heh. Vinnia mencibir dan naik ke lantai dua. Bilik di lantai dua. Tirai diangkat. Darren mengangkat kelopak mata, tatapannya langsung tertuju pada wanita itu dengan penasaran. Vinnia terluka ringan. Meskipun tidak serius, luka itu seperti noda pada vas yang indah, tidak sedap dipandang. "Kemarilah," kata pria itu, nadanya tidak terlalu ramah. Merasakan amarah Darren, Vinnia mengatupkan bibir dan berjalan mendekat sebelum duduk di samping. Darren memainkan gelas di tangan dan bertanya dengan santai, "Ngapain di sini?" "Pak Felix mengundangku minum." Sorot mata Darren menjadi dingin. Dia mengalihkan pandangan ke arahnya, wajah wanita itu dihiasi dengan senyuman puas dan intim. "Ada apa?" "Dia mengundangmu minum dan kamu datang ke tempat seperti ini?" "Pak Darren mengundangku ke atas, terus masa aku nggak naik?" Pria itu marah dan mencubit dagu Vinnia sambil berkata dengan ketus, "Kamu membandingkanku dengan dia?" "Jangan-jangan kamu cemburu?" Vinnia mendengus genit sambil merangkul lengannya, "Makanya aku kirim pesan, 'kan!? Kenapa lama sekali?" Darren menatap wanita itu dengan dingin tanpa ekspresi. "Kamu pikir aku ini siapa?" Orang yang bisa Vinnia panggil sesuka hati? "Pak Darren." Sebuah suara datang dari luar tirai. Tidak lama kemudian, suara panik Felix terdengar, "Ngapain kalian? Lepaskan!" Tirai diangkat. Felix didorong masuk. Pria itu tersandung dan berlutut di lantai, berjuang untuk berdiri. Namun begitu mendongak dan melihat Darren duduk tegak di sofa, dia pun berlutut kembali tanpa suara. Dia tidak lagi bersikap sombong seperti sebelumnya di hadapan pria ini. "Pak Darren ...." "Aku tanya kamu, siapa yang berkuasa di Kota Nirkan?" Darren menyela dengan tenang. Mata Felix membelalak dan langsung bermandikan keringat dingin. Darren jelas tidak begitu sabar, tatapannya yang muram seolah mampu membunuh. "Siapa yang bilang mau main dengan kekasihku?" Setelah terdiam sejenak, pupil matanya tiba-tiba menyempit. "Kamu?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.