Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 9

Yang menelepon adalah Rendra Jadipta, teman kuliah Kelvin. Kelvin adalah adik kandung Yasmin, dan hari ini baru saja lulus dari universitas. Selama masa kuliah, Kelvin dan Rendra bersama-sama mendirikan sebuah perusahaan gim bernama Dimensi Tanpa Batas. Saat paman Yasmin dan Kelvin memutuskan untuk menetap di luar negeri, dia meninggalkan 200 miliar dan sebuah rumah. Kelvin dengan sukarela memilih uang 200 miliar itu. Dan uang itulah yang menjadi modal awal perusahaan mereka. Begitu mendengar kabar tersebut, Yasmin langsung berkata, "Oke, aku segera ke sana." Yani yang menyetir, mengantar Yasmin ke rumah sakit. Begitu tiba, Yasmin meminta Yani menunggu di mobil, lalu buru-buru menuju ruang rawat. Namun, baru sampai di depan pintu, Yasmin sudah mendengar suara dingin Kelvin dari dalam. "Kenapa kamu menelepon dia?" Langkah Yasmin seketika terhenti. Dia tidak langsung masuk, melainkan berdiri diam di depan pintu yang sedikit terbuka. Lewat celah pintu, dia bisa melihat Kelvin yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Kelvin, yang kini berusia awal dua puluhan, tampak jauh lebih dewasa dari usianya. Karena pengalaman mendirikan perusahaan selama beberapa tahun terakhir, dia sudah membawa aura tenang yang berada di antara sosok remaja dan pria dewasa. Wajah Kelvin tampak agak pucat, tapi semangatnya masih cukup baik. Melihat itu, Yasmin merasa sedikit lega. Rendra menatap ekspresi dingin Kelvin dengan kebingungan. "Dia itu kakak kandungmu. Kalau kamu sakit, aku harus ngabarin siapa lagi selain dia?" Tapi suara Kelvin dingin menusuk. "Urusanku nggak ada hubungannya dengan dia." Rendra mengernyit. "Eh serius, kenapa kamu sebenci itu sama kakakmu? Menurutku dia orangnya baik-baik saja." Jelas-jelas Kelvin tidak ingin mengungkit masa lalu. "Kalau kamu nggak bisa tutup mulut, keluar sekarang." "Baiklah, semoga lekas sembuh. Aku keluar sekarang." Rendra berdiri sambil menggerutu pelan, "Andai aku punya kakak seperti itu, aku pasti akan bersyukur ... " Di luar pintu, Yasmin melihat Rendra berjalan ke arah pintu kamar. Dia buru-buru memiringkan tubuhnya, bersembunyi di sisi pintu. Saat Rendra membuka pintu, dia langsung melihat Yasmin. Yasmin segera memberinya isyarat dengan tatapan mata. Rendra langsung paham, pura-pura tidak melihatnya, lalu menutup pintu seolah tak terjadi apa-apa. Lorong rumah sakit terasa sunyi saat itu. Yasmin mengeluarkan sebuah kartu dari tasnya dan langsung berbicara ke intinya, "Di dalam sini ada uang 200 miliar. Gunakan untuk keperluan darurat. Tapi jangan bilang ke Kelvin bahwa ini dariku." Dulu, setelah gim Lugi-X selesai dikembangkan, Yani membelinya secara penuh dengan harga 400 miliar. Uang itu masuk ke rekening pribadi Yasmin sebagai aset pribadinya. Karena Yasmin bukan tipe yang boros, gajinya sebagai sekretaris di Grup Sentra sudah cukup untuk menutupi semua kebutuhan hariannya. Alhasil, dana 400 miliar itu hampir tidak tersentuh. Rendra terkejut saat Yasmin tiba-tiba memberi uang kepadanya. "Kak, aku cuma minta kamu datang lihat Kelvin, bukan minta uang darimu ... " Kalimat selanjutnya tidak bisa dia lanjutkan. Karena dia sendiri merasa bersalah. Yasmin bisa melihat itu dengan jelas dan berkata tenang, "Kamu nggak perlu sungkan padaku. Ambil saja." Meskipun Kelvin memiliki modal awal sebesar 200 miliar dari sang paman, dana tersebut tetap saja jauh dari cukup untuk mengembangkan sebuah gim berskala besar. Kelvin memang lebih unggul dalam hal pengembangan gim, tapi demi kelangsungan perusahaan, dia terpaksa harus berurusan dengan para pemodal, dan minum-minum jadi hal yang lumrah. Yasmin selalu mengira Kelvin mampu mengatasinya, tapi dia tak menyangka kali ini Kelvin sampai harus masuk rumah sakit karena mabuk. Rendra tahu betul hubungan kakak beradik mereka, dan dia tidak mungkin menelepon tanpa alasan kecuali kondisi Kelvin memang benar-benar gawat. Namun karena bukan soal kesehatan, kemungkinan besar masalahnya adalah keuangan. Anak muda memang gengsi, sekali buka mulut untuk minta bantuan saja sudah sulit. Tanpa menunggu Rendra menolak lagi, Yasmin langsung menyelipkan kartu bank ke tangannya. Rendra memandangi kartu di tangannya, mendengar kata-kata Yasmin yang mencoba menenangkannya, dan melihat sorot kepedulian di matanya. Tenggorokannya tiba-tiba terasa kaku. Hari ini mereka baru saja menemui seorang investor yang bersedia memberikan mereka 20 miliar setiap mereka meminum setengah liter anggur. Tanpa pikir panjang, Kelvin langsung menenggaknya demi mendapatkan dana 20 miliar itu. Sepanjang hari mereka begitu sibuk hingga Kelvin nyaris tidak sempat makan, sehingga saat harus minum anggur itu, perutnya benar-benar kosong. Akibatnya, di tengah proses minum, dia tak kuat dan akhirnya muntah. Rendra yang tak tahan melihatnya sempat menyarankan untuk menyerah saja. Tapi Kelvin sangat keras kepala. Demi uang 20 miliar itu, dia menahan rasa perih di perutnya dan terus minum. Yang paling menyakitkan, setelah menenggak habis anggur itu, si investor ternyata ingkar janji. Mereka bahkan diejek habis-habisan, dikatakan bahwa anak muda mudah dibodohi, pikirannya dangkal, dan mustahil mampu mengembangkan gim yang berkualitas. Ucapan-ucapan itu dipenuhi dengan hinaan dan pelecehan terselubung. Jika bukan karena benar-benar terdesak, siapa yang mau menerima perlakuan seperti itu? Rendra benar-benar sudah tidak memiliki pilihan lain, itulah sebabnya dia akhirnya menelepon Yasmin. Dia tahu bahwa Yasmin telah menikah, dan suaminya adalah sang presiden direktur Grup Jiwanto yang sangat terkenal, dengan kekayaan bernilai triliunan. Seandainya suaminya bersedia membantu dengan menyuntikkan dana beberapa ratus miliar saja, maka masalah pendanaan mereka akan langsung teratasi. Namun, mengingat hubungan Yasmin dan Kelvin yang sangat renggang, Kelvin jelas tidak mungkin meminta bantuan kepada kakak iparnya, sekalipun dalam keadaan genting. Rendra tidak sekeras kepala Kelvin. Dia diam-diam mencoba menghubungi Grup Jiwanto, menggunakan statusnya sebagai adik ipar dari sang presiden direktur. Dia bahkan benar-benar berhasil bertemu langsung dengan Cakra, dan dalam waktu satu menit, dia mempresentasikan proyek permainan AAA mereka yang mengangkat budaya tradisional. Awalnya, Rendra yakin mereka akan segera mendapatkan suntikan investasi. Namun kenyataannya, dia justru langsung diusir oleh petugas keamanan. Rendra benar-benar tidak habis pikir. Yang membuatnya semakin terkejut, Grup Jiwanto justru diketahui telah berinvestasi pada perusahaan pesaing mereka. Itu seperti sebuah tamparan keras di wajah. Rendra tidak berani menanyakan hubungan Yasmin dan suaminya, tetapi dia secara halus menyampaikan inti permasalahannya. "Kak, aku nggak akan bertele-tele. Aku dan Kelvin berjuang mati-matian seperti ini karena tenaga inti di perusahaan kami dibajak oleh pesaing dengan tawaran gaji tinggi. Perusahaan kami mengalami pukulan besar, bahkan sudah berada di ambang kebangkrutan." "Jadi ... dana 200 miliar ini sangat penting bagi kami. Kalau nggak ada dana ini, perusahaan kami akan runtuh." Rendra memang berbicara dengan nada serius, tapi bukan karena putus asa, justru penuh semangat, "Kak, sekarang kamu adalah pemegang saham utama di perusahaan kami. Begitu gimnya rilis dan mulai menghasilkan uang, kamu pasti akan dapat bagian keuntungan!" Dia dan Kelvin sama-sama memendam tekad besar. Mereka berdua bersumpah akan menyelesaikan proyek ini sebaik mungkin untuk membuktikan pada semua orang bahwa mereka mampu. Yasmin hanya menanggapi singkat. "Urusan seperti itu nanti saja dibahas. Sekarang, kalian cukup fokus kerjakan yang ada di depan mata." Urusan persaingan bisnis bukan sesuatu yang bisa Yasmin kendalikan. Dia hanya bisa membantu sejauh kemampuannya, sedangkan sisanya, dua pemuda itu harus hadapi sendiri. Rendra merasakan perhatian dan ketulusan dari seorang kakak. Semua rasa kesal yang dia rasakan sepanjang malam, perlahan menghilang. Setelah merasa lebih tenang, Rendra lalu bertanya, "Kak, kamu nggak mau masuk sebentar lihat Kelvin?" Yasmin menggeleng pelan, menahan rasa pahit di hatinya. "Kalau dia nggak mau ketemu aku, ya sudah ... aku nggak akan masuk." Rendra melihat kekecewaan yang tak bisa disembunyikan di mata Yasmin. Tapi sebagai orang luar, dia tak punya hak ikut campur lebih jauh. Semua yang ingin dia katakan pun terasa tersangkut di tenggorokan. Yasmin menepuk ringan bahu Rendra, lalu berkata, "Aku titip Kelvin sama kamu ya. Kalau ada apa-apa, langsung kabarin aku saja. Sekarang kamu masuk lagi, jangan bikin dia curiga." Rendra menunduk dan mengangguk pelan, lalu dengan patuh kembali ke ruang perawatan. Sekarang yang perlu dia pikirkan adalah bagaimana menjelaskan uang 200 miliar itu pada Kelvin. Meski rumit, dia masih bisa mengatasinya. Baru beberapa menit setelah Rendra pergi, Yasmin tanpa diduga bertemu dengan Nancy di rumah sakit. Dia adalah adik perempuan Cakra. Yasmin tanpa sadar mengerutkan alisnya. Nancy seumuran dengan Kelvin. Dia tumbuh besar dalam keluarga yang penuh kasih sayang, dikelilingi oleh kedua orang tuanya dan kakak yang selalu memanjakannya. Karena itulah, dia sangat bergantung pada Cakra. Sejak Yasmin menjadi kakak iparnya, di mata Nancy, Yasmin seperti "mencuri" kakaknya darinya. Ditambah lagi, Nancy dan ibunya, Yunita, sejak awal memang meremehkan Yasmin. Mereka tidak pernah menganggapnya pantas masuk ke keluarga mereka. Jadi setiap kali mereka bertemu, Nancy tidak pernah menunjukkan sikap ramah. Yasmin selama ini memilih menjaga jarak dan bersikap sopan secukupnya. Kini, melihat Nancy muncul di rumah sakit, dia tidak ingin berurusan dengannya dan segera memutuskan untuk menghindar dan mengambil jalan memutar. Nancy sepertinya sudah melihat Yasmin sejak tadi. Dia berjalan lurus mendekatinya dan langsung mengadang di depan, menutup jalan. Yasmin terpaksa menghentikan langkahnya. Nancy memandangi Yasmin dari atas ke bawah dengan tatapan menghakimi, lalu berkata dengan nada sinis yang tanpa basa-basi, "Bukannya di rumah mengurus kakakku, tapi malah datang ke rumah sakit, untuk apa?" Setelah Yasmin menikah dengan Cakra, seluruh Keluarga Jiwanto memegang satu anggapan. Tugas utama Yasmin adalah mengurus Cakra. Urusan pribadinya dianggap tidak penting dan harus disingkirkan ke belakang. Dulu, Yasmin memang mencurahkan segalanya untuk Cakra. Dia berusaha keras menjadi istri yang baik, berusaha menyenangkan hati keluarga Cakra, berharap bisa diterima dan disukai. Meskipun sering disakiti secara emosional, Yasmin selalu menelan semuanya, karena dia tahu jika sampai terjadi konfrontasi, maka akan makin sulit diatasi. Apalagi Yasmin memang bukan orang yang menyukai konflik. Karena itulah, dia sudah terbiasa menahan semua kritikan dari Keluarga Jiwanto. Namun sekarang, dia sudah memutuskan untuk bercerai. Dia tidak perlu lagi berpura-pura dan tidak perlu lagi menyenangkan siapa pun. Yasmin menjawab datar, "Aku ada urusan." Tidak perlu menjelaskan lebih dari itu. "Memangnya urusan apa yang lebih penting daripada merawat kakakku?" Nancy mengubah nada bicaranya, menatap Yasmin dari atas ke bawah, lalu berkata dengan curiga, "Kamu nggak hamil, 'kan?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.