Bab 43
"Paham?"
Wulan tertawa senang, lalu memeluk leherku dan mencium pipiku sampai berbunyi. "Mama yang terbaik!"
Aku memeluknya erat. "Wulan juga sangat baik."
Wulan langsung melepaskan diri dari pelukanku, lalu menarik tanganku naik ke atas. "Ayo, Mama, aku sudah nggak sabar mau mandi!"
...
Di kamar Wulan, ada bak mandi khusus.
Hari ini dia ingin berendam, jadi saat aku mengisi air, aku terus memperhatikan suhu airnya.
Wulan mengeluarkan mainan andalannya untuk mandi, bebek kuning dari plastik, dan beberapa hewan plastik lainnya, lalu memasukkan semuanya ke dalam bak mandi.
Setelah itu, dia mencari piama.
Setelah semua selesai, keringat mulai membasahi dahinya, tapi matanya justru berbinar-binar.
Airnya juga sudah siap.
Wulan naik ke bak mandi dan berbaring manis. Hanya kepala kecilnya yang terlihat, memandangku.
Aneh sekali.
Selama ini aku tidak terlalu banyak berkorban untuknya, bahkan mungkin setengah dari yang kulakukan untuk Sandi pun belum tentu.
Tapi dia sangat bergantung padaku, d

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda