Bab 44
Perilakunya sama sekali tidak menunjukkan kasih sayang pada Sandi.
Jenny langsung terbangun, menatap Sigit dengan mata berkaca-kaca. "Kamu sedang menyalahkanku?"
Sigit yang jarang bersikap ramah, kali ini menjawab dengan nada lembut yang tidak biasa, "Nggak."
Melihat Sigit memang tidak menunjukkan tanda-tanda menyalahkan, Jenny akhirnya bisa bernapas lega.
Sigit melanjutkan, "Tapi ... "
Hati Jenny langsung tegang.
Sigit berbicara pelan tapi tajam, "Kamu sepertinya memang nggak peduli pada Sandi."
Jenny buru-buru menjelaskan, "Aku juga nggak tahu kenapa, mungkin karena gejala kehamilanku cukup parah, begitu kalian keluar rumah, aku langsung mengantuk berat ... "
Sigit memandangnya dengan sinis. "Tapi kami sudah pulang, dan kamu masih belum tanya gimana keadaannya."
Jenny baru sadar, dia sudah membuat kesalahan besar.
Dia memang berhasil menyingkirkan Annika dan naik ke posisi sekarang.
Dalam pandangan Sigit, Sandi tetap masih sangat penting ...
Seharusnya dia tidak mengabaikan Sandi sej

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda