Bab 7
Mataku seketika membelalak, tapi dari mulutku hanya keluar suara isakan tertahan.
Melihat tatapan penuh tekad sopir itu, aku mengepalkan tanganku erat-erat.
Mungkin dia juga menyadari suara yang terlalu keras bisa menimbulkan risiko.
Sopir pria itu menghentikan gerakan tangannya dan hanya menatapku dengan pandangan menyeramkan, sementara sudut bibirnya perlahan tersenyum.
"Aku sarankan kamu bersikap patuh dan dengarkan ucapanku baik-baik, karena sekarang tak ada seorang pun yang bisa menolongmu ...."
"Jangan mendekat ...."
Pinggangku menegang dan perlahan terasa kesemutan. "Tadi kamu sudah melihatku dan memanfaatkanku, apakah itu masih belum cukup?!"
Dia mencibir dan berbisik di telingaku, "Ya, sikapmu tadi yang sedang asyik sendiri itu benar‑benar menggoda. Kalau sekarang aku menutup mulutmu dan menarikmu keluar dari mobil. Di luar semuanya adalah ladang jagung yang gelap gulita, nggak ada seorang pun yang dapat mendengar suara teriakanmu yang tak senonoh ...."
Secara refleks aku mera

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda