Bab 94
Aku juga tidak menghindar, malah balas menatapnya dengan tenang.
Jimmy tersenyum. "Terima kasih."
"Sama-sama," jawabku. "Itu memang seharusnya kulakukan."
...
Mainan sudah dibeli dan dibawa pulang ke rumah. Sandi duduk di ruang tamu, belum sempat membukanya.
Ivan bersembunyi di belakang Jenny, menatap mainan di pelukan Sandi dengan mata berbinar.
Sandi bisa melihat kalau Ivan juga sangat menginginkannya, tetapi dia tidak berniat memberikannya.
Ivan berkata pelan pada Jenny, "Mama, aku juga mau main."
Jenny membujuknya dengan sabar, "Ini dibelikan buat adik ..."
Ivan tidak berkata apa-apa lagi.
Jenny merasa anak itu tidak senang, lalu buru-buru meyakinkannya, "Besok setelah mal buka, Mama akan belikan buat kamu, ya?"
Ivan mengangguk dengan enggan. "Oke."
Sigit melihat Jenny sudah menunjukkan sikap baik pada Sandi.
Maka, sebagai gantinya, dia pun harus bersikap baik pada Ivan. Dia pun membungkuk, memandang Sandi dan bertanya, "Kita main bareng Kakak, ya?"
Ketiganya menatap Sandi.
Sandi b

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda