Bab 5
Setelah ribut sepanjang pagi, Cynthia tiba-tiba mengusulkan untuk mentraktir.
Samuel langsung menolak dengan satu kalimat.
"Nggak perlu. Kalau kamu sudah cukup membuat keributan, silakan pulang."
Namun, Cynthia seolah-olah tidak mendengarnya, malah menarik tangan Samuel dan melangkah menuju pintu.
Beberapa teman pria Cynthia takut Samuel menolak, dan buru-buru menarik Cindy ikut keluar bersama mereka.
Rombongan itu pun naik mobil menuju vila pemandian air panas.
Cindy jarang bergaul dengan mereka, jadi sulit untuk langsung menyesuaikan diri.
Dia juga tidak ingin ikut campur. Jadi, dia hanya duduk sendirian di sudut, menyaksikan keriuhan saat mereka bersulang dan bercanda.
Samuel menyadari ketidaknyamanan Cindy. Dia pun mendekat, dan hendak menuangkan segelas jus untuknya.
Namun, saat dia baru hendak menerimanya, Samuel tiba-tiba berdiri dan kembali ke keramaian.
Segelas wiski yang sudah hampir menyentuh bibir Cynthia langsung dirampas olehnya.
Lalu, teguran keras terdengar menggema di seluruh ruangan.
"Kamu alergi alkohol, masih berani minum? Kamu nggak sayang nyawa?"
Cynthia berkedip, wajah polosnya menatap ke arah Samuel.
"Aku kira ini jus, salah ambil saja kok. Kenapa harus semarah itu?"
Sambil berkata demikian, Cynthia mengambil gelas jus di tangan kanan Samuel sambil tersenyum manis.
"Makasih ya," katanya.
Tangan Samuel tanpa sadar mengepal.
Namun, pada akhirnya, dia tak berkata apa-apa dan kembali ke tempat semula, dan langsung menyerahkan gelas di tangannya ke arah Cindy.
Melihat pria yang gelisah di hadapannya dan cairan kuning jernih di gelas itu, Cindy tidak mengulurkan tangan.
Dia hanya mengambil tas, bangkit berdiri, dan berkata tenang.
"Aku nggak minum alkohol. Aku mau ke pemandian air panas duluan."
Barulah Samuel sadar bahwa dia salah memberikan gelas. Karena terlalu memikirkan Cynthia, dia malah menyerahkan minuman beralkohol ke Cindy.
Dia berniat menjelaskan, tetapi Cindy sudah pergi dengan cepat.
Dia belum sempat membuka mulut.
Air hangat dari kolam membuat saraf tegang Cindy perlahan rileks.
Dia bersandar di dinding, menatap kabut putih yang terus mengepul, hingga rasa kantuk menyerang, dan tanpa sadar tertidur.
Mungkin karena terbiasa dengan kebisingan, dia tidak mendengar suara ketukan pintu dari luar.
Samuel memanggil beberapa kali, tetapi tidak ada respons. Cemas, dia langsung mendorong pintu masuk.
Melihat Cindy yang terlihat lemah dan mengantuk, jantungnya berdebar keras. Dia segera masuk ke air dan mengangkat tubuh Cindy.
Cindy membuka mata samar-samar. Karena merasa kehilangan keseimbangan, dia spontan memeluk pundak Samuel.
Uap air mengepul, kulit bersentuhan, suasana pun mendadak menjadi intim.
Samuel tidak tahan untuk tidak membungkuk ke arahnya.
Namun, saat napas mereka hampir menyatu, suara langkah kaki tiba-tiba terdengar.
Cynthia masuk dan menyaksikan pemandangan itu. Senyumnya langsung membeku.
Dia menggigit bibir erat-erat, tatapan kecewa dan terkejutnya tidak bisa disembunyikan. Lalu, dia berbalik dan berlari keluar.
Samuel terpaku di tempat.
Refleks pertamanya adalah meletakkan Cindy, lalu buru-buru mengejar Cynthia.
Dia hanya meninggalkan satu kalimat.
"Dia salah paham, aku mau jelaskan."
Salah paham?
Padahal mereka adalah suami istri yang sah. Bahkan jika berciuman pun, apa yang perlu dijelaskan?
Namun, karena terus tenggelam dalam masa lalu, Samuel masih menganggap dirinya kekasih Cynthia.
Itulah sebabnya dia refleks ingin menjelaskan.
Orang yang pernah rela ditundukkan demi cinta, bagaimana mungkin bisa dengan mudah mengubah kebiasaan itu?
Melihat punggungnya yang terburu-buru mengejar, Cindy tersenyum tipis, lalu matanya memerah.
Dia mengambil selimut, membuka jendela untuk menghirup udara segar, dan kebetulan melihat Cynthia berlari keluar.
Cynthia membanting pintu mobil, tetapi Samuel langsung memegangi tangannya.
Perdebatan mereka yang tegang terdengar jelas di telinga Cindy.
"Cindy ketiduran. Aku cuma khawatir dia kedinginan. Apa perlu kamu marah sebesar ini?"
"Benar, dia istrimu. Aku memang nggak pantas marah! Mending kamu balik saja temani dia. Kenapa harus jelaskan panjang lebar ke mantan pacar?"
"Cynthia, apa perlu kamu bilang kayak gitu?"
"Memangnya aku salah? Aku cuma ngomong kenyataan!"
Begitu kalimat itu keluar, mereka pun berpisah dengan menyimpan kekesalan.
Cynthia melepaskan genggaman Samuel sambil menangis, lalu langsung melompat ke mobil dan pergi.
Samuel hanya tertegun beberapa detik, lalu menyusul dengan mobil.
Melihat jalanan kembali tenang dengan debu beterbangan, Cindy diam-diam kembali masuk ke ruang ganti.
Saat dia selesai berganti pakaian dan keluar, beberapa teman pria yang terlihat panik langsung menariknya.
"Kak, terjadi kecelakaan! Kak Samuel dan yang lainnya kecelakaan mobil!"